Tanggapan berbeda dikatakan oleh Fitri, warga Perumahan Bank Niaga, Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan. Ia mengaku, tak mengetahui rencana penggunaan KTP untuk membeli elpiji 3 kg. Ia biasa membeli elpiji 3 kg seharga Rp 21.000.
“Saya biasa beli sekalian di tukang antar galon. Kalau soal KTP malah nggak tahu sama sekali,” ucapnya.
Ia merasa kebijakan pembelian elpiji 3 kg menggunakan KTP akan mempersulitnya. “Nggak usah pakai KTP, bikin ribet,” imbuhnya.
Samiati, penjual elpiji 3 kg yang juga menjual sembako di Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan mengatakan, pembelian elpiji 3 kg menggunakan KTP di tokonya hanya diberlakukan sekali. Itu digunakan untuk pendataan sebagai laporan ke Pertamina.
Untuk pembelian selanjutnya, konsumen tidak perlu menunjukkan KTP. Sistem pembayarannya masih sama seperti biasa, tetap menggunakan uang.
“Warga sini sudah tahu, cuma sekali bawa KTP buat pendataan. Setelah sekali itu menunjukkan KTP, nggak perlu menunjukkannya lagi,” ucapnya.
Setiap dua hari sekali, tokonya mendapat pasokan dari agen sebanyak 35 tabung. Stok tersebut selalu habis, bahkan terkadang kekurangan.
“Stoknya tidak langka, tapi memang kebutuhan masyarakat di sini banyak. Pelanggannya silih berganti. Biasanya ramai kalau sore hari,” katanya. (mg5/mg6/aro)