RADARSEMARANG.COM, Saat ini, teknologi semakin berkembang. Banyak Kemajuan di bidang teknologi. Salah satunya adalah handphone. Sejak pertama kali ditemukan Martin Cooper pada tahun 1973, handphone terus mengalami perkembangan. Baik piranti maupun aplikasi di dalamnya.
Tahun 1990 handphone mulai banyak digunakan terutama di Amerika, dan lebih banyak diperkenalkan serta digunakan pada tahun 2000-an. Dengan berbagai merk, handphone menjadi barang yang sangat diperlukan manusia.
Apalagi tahun 2008 sistem android pada smartphone mulai diperkenalkan, membuat handphone menjadi barang sangat diperlukan. Baik untuk media komunikasi, informasi dan hiburan.
Saat ini hampir semua manusia memiliki handphone, bahkan anak-anak sekarang banyak yang mampu menggunakan handphone. Smartphone banyak didukung dengan berbagai aplikasi bermacam – macam.
Di dalam system android smartphone juga banyak aplikasi yang menunjang di dunia pendidikan. Selain google, aplikasi Whatsapp juga banyak digunakan sebagai aplikasi komunikasi yang paling banyak disukai. Karena mudah untuk penggunaan dan aksesnya.
Dalam pembelajaran, whatsapp juga dapat kita gunakan sebagai media komunikasi dan media pembelajaran. Apalagi saat pandemi corona, dimana diterapkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di mana melarang kita melakukan kegiatan berkerumun atau berkumpul.
Handphone dan whatsapp menjadi media utama dalam berkomunikasi dalam pembelajaran. Karena guru dan siswa tidak dapat bertatap muka. Karena pembelajaran dilakukan secara daring.
Model pembelajaran di abad 21 dapat memanfaatkan handphone dengan aplikasi whatsapp terutama whatsapp group. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat menggunakan aplikasi whatsapp. Baik secara daring maupun tatap muka. Diantaranya discovery learning, problem based learning, project based learning, contextual learning.
Dalam pembelajaran Discovery learning pada tahap observasi untuk menemukan masalah melalui grup whatsapp guru dapat membagikan video kejadian atau fenomena untuk menemukan masalah utama, guru juga dapat memberikan informasi tentang masalah tersebut. Kemudian tahap analisis data siswa dapat menemukan konsep dan di tahap penarikan kesimpulan siswa dapat mengemukakan konsep tersebut ke dalam tulisan dan dipresentasikan.
Dalam pembelajaran problem based learning pada tahap orientasi masalah dalam grup whatsapp guru dapat membagikan video tentang fenomena alam yang dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan manusia.
Guru juga dapat memberikan informasi tentang masalah yang ditimbulkan karena fenomena alam tersebut. Kemudian tahap penarikan kesimpulan siswa dapat menuliskan hasil pengamatannya ke dalam tulisan yang dilanjut dengan di foto dan dikirimkan ke grup whatsapp.
Dengan tujuan siswa dapat membandingkan dan saling melengkapi informasi hasil pengamatan. Hasil informasi tersebut dipresentasikan dan guru memberi penguatan pada hasil presentasi siswa.
Pada model pembelajaran project based learning pada tahap orientasi siswa terhadap masalah melalui grup whatsapp guru dapat membagikan video tentang informasi yang akan dirumuskan sebagai bahan project pengamatan dan penyelidikan. Guru dapat membagikan link internet di grup whatsapp agar siswa dapat memperoleh referensi untuk project pengamatannya. Guru juga membimbing penyelidikan siswa. Siswa menuliskan hasil pengamatan dalam bentuk laporan tertulis.
Dalam pembelajaran contextual learning dalam tahap modeling melalui grup whatsapp guru dapat membagikan video yang sesuai dengan pengalaman siswa, kemudian guru membimbing siswa merumuskan masalah. Tahap inquiry siswa dapat dibagikan link informasi di grup whatsapp untuk membimbing siswa dalam melakukan investigasi. Tahap akhirnya siswa dapat menuliskan rangkuman hasil pengamatan dan pengalamanya dan dikirim ke grup whatsapp. Dilanjutkan refleksi dan penilaian oleh guru.
Penggunaan grup whatsapp dalam pembelajaran memiliki beberapa keuntungan. Diantaranya aplikasi mudah digunakan, penelitian siswa lebih terarah, pemerolehan informasi dan video pembelajaran lebih terarah karena guru yang sudah menentukan. Sehingga meminimalisir penyalahgunaan penggunaan pencarian google / youtube. Dapat digunakan untuk pengganti OHP / proyektor karena tidak semua sekolah memiliki proyektor di setiap kelasnya.
Sementara kelemahan whatsapp ini adalah tidak semua siswa memiliki handphone. Sehingga harus melihat berkelompok. Tidak semua siswa memiliki kuota untuk mengaktifkan whatsapp, penggunaan media whatsapp tidak dapat digunakan setiap saat. Karena dikhawatirkan jika sering membawa handphone ke sekolah akan disalahgunakan siswa.
Penggunaan media dan aplikasi ini dapat digunakan sebagai salah satu pilihan penunjang dalam pembelajaran yang lebih inovatif dan variatif. Itu juga dilakukan penulis di SD Negeri 01 Kalipancur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan. Karena sebagai guru kita dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan jaman dan variatif dalam mengajar. (gp/fth)
Guru SDN 01 Kalipancur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan
