RADARSEMARANG.COM – Siapa bilang bermain game hanya buang-buang waktu dan tak berfaedah. Sekarang, para pemain game boleh senang sejak E-Sports ditetapkan sebagai salah satu cabor prestasi di Indonesia.
Seiring perkembangan teknologi, sekarang makin mudah untuk mengembangkan E-Sports. Sebab memainkan game online tak harus menggunakan, laptop, PC atau komputer. Siapapun dengan mudah bisa bermain hanya berbekal ponsel pintar. Sehingga dimanapun, mau dari warung makan, dalam angkutan atau tempat umum, orang dengan bebas bermain game online.
Hanya saja untuk E-Sports tidak sembarang bermain game. Ada aturan yang harus dijalankan. Mereka harus benar-benar mahir bermain dan memahami teori trik dengan bagus. Selain itu bermain game menggunakan aturan jelas, sehingga tak membuat kecanduan. Adanya E-Sports ini membuka peluang gamer untuk menjadi atlet profesional. “Memang cabang olahraga baru tentu saja masih belum familiar untuk masyatakat umum,” kata Sekretaris Umum Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) Provinsi Jateng Nicodemus D Nugrah Widiutomo kepada RADARSEMARANG.COM.
Di Jateng, E-Sports telah resmi bernaung di bawah KONI. Dalam perkembangannya, E-Sports nantinya akan dipertandingkan sebagai cabor prestasi di ajang PON. Posisinya, akan sejajar dengan sepak bola dan bulu tangkis sebagai cabor andalan Indonesia. Saat ini cabor E-Sportss yang digarap di Jateng ada empat. Yaitu Mobile Legends, PUBG, Free Fire dan Dota 2. “Untuk pengembangan sarana dan prasarananya juga akan segera dibangun center di Jateng agar cabor E-Sports terus berkembang,” ujarnya.
Tidak sembarang orang bisa menjadi atlet E-Sports. Harus melalui berbagai tahap serta seleksi yang ketat. Tak hanya itu, jika sudah menjadi atlet profesional juga harus tetap menjaga kepiawaiannya dalam bermain game. “Untuk pemain tim pro yang digaji seperti pemain evos atau RRQ, mereka sehari latihan minimal 8 jam,” ujarnya.
Mengenalkan cabang olahraga E-Sports juga tidak mudah. Selama ini publik sudah cenderung menganggap negatif anak-anak muda yang doyan bermain game. Belum lagi untuk bermain game membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Berbagai persoalan itulah yang harus diluruskan karena bermain game tidak selalu berujung negatif. “Karena jika diarahkan bisa berprestasi, serta bisa menjadi gamer yang mengharumkan nama bangsa,” ungkapnya.
Untuk menggaet atlet, PBESI Jateng terus melakukan berbagai cara. Di antaranya menggandeng komunitas-komunitas yang sudah ada. Selain itu, sosialisasi gencar dilakukan agar bibit atlet E-Sports bisa bermunculan di Jawa Tengah. Termasuk membentuk kepengurusan di 35 kabupaten/kota. (mif /ton/bas)