RADARSEMARANG.COM, DESA Tingkir secara morfologis berada di lanskap berupa bentangan alam diantara gugusan kaki Gunung Merbabu, Gajah Mungkur maupun kaki gunung Telomoyo. Tingkir termasuk dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 450−825 dpl, sehingga memiliki iklim tropis, dengan suhu yang sejuk dan udara yang segar.
Di Tanah Tingkir muncul banyak tokoh ulama yang ditandai dengan adanya makam Mbah Abdul Wahid (Kakek Canggah Gus Dur/Presiden RI ke 4). Kemudian juga ada makam Syekh Abidzarin, Ki Ageng Tingkir, Kyai Abdus Shomad, Kyai Dardiri, Kyai Khumaidi, Kyai Sholeh, Kyai Umar Fatah, Kyai Kurdi, Kyai Jupri, Kyai Abdan, Kyai Asmui, Kyai Muhtasip, Kyai Fadlun Nafar, Kyai Maliki Jufri dan masih mungkin banyak makam ulama lain yang belum bisa teridentifikasi.
Tingkir dalam rekam jejak masa lalu telah menampilkan keteladanan para Kyai – Ulama yang terbingkai melalui keteladanan sikap – perilaku masyarakat untuk dapat hidup harmoni berdampingan diantara perbedaan keyakinan, ras, suku dan antar golongan. Melestarikan sikap toleransi masyarakat menjadi sebuah keharusan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena itu di Kelurahan Tingkir Lor, Kota Salatiga telah dideklarasikan sebagai Desa Damai yang dilakukan oleh Mbak Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid (Putri Sulung KH. Abdurahman Wahid/ Gus Dur) selaku Direktur The Wahid Institute pada Rabu 12 Januari 2022.
Melalui prakarsa The Wahid Institute maka diharapkan Kelurahan Tingkir Lor, Salatiga menjadi salah satu kelurahan yang masyarakatnya mampu menjadi teladan dan sumber inspirasi atas hal sikap dan perilaku toleran dalam kehidupan sosial yang penuh kedamaian.
Sebagaimana telah disebutkan diatas jika di tanah Tingkir ada jejak leluhur Gus Dur (Mbah Abdul Wahid) – terkait dengan ini bukan asal kebetulan jika The Wahid Institute memprakarsai Desa Damai di Tingkir Lor sebab The Wahid Institute sendiri memiliki program untuk dapat meneruskan apa yang selama ini Gus Dur perjuangkan yaitu pemikiran Islam yang moderat – progresif untuk dapat mendorong terciptanya Demokrasi, muktikilturalisme, toleransi, kesejahteraan dan perdamaian di Indonesia dan seluruh dunia.
Meneladani kisah hidup Gus Dur maka kita akan tertampar kesadaran jika segala kegeniusan Gus Dur yang menampilkan cara berfikir yang komplek dan bervisi kedepan. Hal diimplementasikan bukan dalam bentuk penyampaian yang berapi api apalagi otot-ototan.
Labirin pemikiran Gus Dur yang komplek tersebut cukup disederhanakan dengan joke joke nan jenaka yang senyatanya adalah sebagai perantara untuk menyampaikan gagasan dan cara pandang atas adanya problematik, hingga akan dapat tertawa gembira ketika sudah melewati segala prosesnya. (*/zal)
Anggota NU dan Penggemar Gus Dur