RADARSEMARANG.COM – Motor tua memang memiliki penggemar tersendiri. Tidak terkecuali dengan Akmal Rakadityo Putro, 23, sudah tujuh tahun bergelut di bidang motor tua. Bila dulu sering di-bully karena mengendarai motor tua, kini banyak diapresiasi.
Kecintaan Akmal terhadap motor tua berawal dari ketidaksengajaan. “Saya suka motor tua, sejak SMP mas. Ya tidak disengaja juga sih, karena dulu motor pertama yang diberikan orang tua Astrea Grand tahun 1998, tidak diberikan opsi motor lain,” ujarnya
Sebagai anak muda di 2012, mengendarai motor buatan 1998 ke sekolah, bikin Akmal minder. Ia sering diejek teman-temannya yang menggunakan motor keluaran baru. “Kalau di-bully sering mas, saking seringnya jadi biasa aja nanggepinya, tapi kalau sekarang ketemu malah mengapresiasi,” tambahnya sambil ketawa.
Berjalannya waktu, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Kota Semarang ini mulai tertarik untuk memodifikasi motor tuanya. Mulai modifikasi velg, knalpot, dan hal-hal kecil lainnya. Terlebih ketika mulai bergabung dengan komunitas Organisasi Astrea Grand Semarang (Orange Semarang), dia menjadi lebih percaya diri dengan Honda Grand tahun 1998 miliknya. “Di komunitas, saya banyak sharing dengan teman-teman yang lebih senior, soal mesin dan onderdil-onderdil motor” katanya.
Setelah semakin tahu, dia mulai mencoba memodifikasi motornya ke hal-hal yang lebih rumit lagi, seperti mesin dan onderdil lainnya, agar lebih awet dan nyaman dipakai. Motor Honda Astrea Grand tahun 1998 lah yang menjadi percobaannya pertamanya. Dari memodifikasi motornya sendiri, dia mulai memberanikan diri untuk membeli motor tua, kemudian dia modifikasi dan restorasi. Sekarang, koleksi motor tua di rumahnya, ada 2 Honda Astrea Grand tahun 1998 dan tahun 1992, satu Honda Astrea Prima tahun 1988 dan satu Vespa PX tahun 1996.
“Dulu juga pernah punya Honda C70 dan C800 supercup mas, saya jual yang C800 itu dulu laku Rp 3 juta, dari beli Rp 2 juta dan modal untuk mempercantik hanya Rp 300 ribu,” ungkapnya.
Selain merestorasi motor tua, dia juga suka touring mengendarai motor Honda Astrea Grand tahun 1998 miliknya. Hampir semua kota di Pulau Jawa sudah dia jelajahi menggunakan motor itu. “Paling jauh touring ke Sumbawa mas, memakan waktu dua minggu, itu sebelum pandemi, bersama satu temen,” akunya. Ia berharap pandemi segera berakhir sehingga bisa kembali touring dengan motor tuanya. Targetnya bisa ke titik nol kilimeter ujungbarat Indonesia. (cr7/ton)