RADARSEMARANG.COM – Motor 2 tak atau dua langkah saat ini menjadi barang buruan masyarakat. Harganya pun selangit. Karena dianggap menjadi barang langka. Pabrikan pun sudah tidak mengeluarkan produk legendaris misalnya Suzuki Satria R 120 CC, Yamaha F1ZR, Yamaha RX-King, dan lainnya.
Pada dasarnya motor 2 tak, menggendong mesin dalam siklus pembakarannya mengalami dua langkah piston. Karena pembakaran yang singkat inilah, motor dua langkah ini lebih responsif dibandingkan motor empat langkah (4 Tak).
Iwan Setiawan misalnya pemilik Yamaha RX –King tahun 1997 ini setahun lalu harus menebus motor impiannya dengan harga yang cukup tinggi, yakni Rp 11 juta. Setelah direstorasi, kini motor yang kental dengan julukan raja jalanan ini ia gunakan dalam kegiatan sehari-hari.
“Saya gunakan motor ini harian, perawatan motor ini pun lebih mudah dibandingkan motor empat tak. Istilahnya yang penting jangan sampai kehabisan oli samping,” kata warga Perum Griya Lestari, Kelurahan Gondoriyo, Semarang ini.
Untuk perawatan mesin, lanjut Iwan, hampir sama dengan motor pada umumnya. yakni servis rutin dan ganti oli mesin. Namun karena motor 2 Tak menggunakan oli samping, menurut dia, pengecekan oli samping ini harus dilakukan minimal sebelum motor akan digunakan. “Motor saya servis dan ganti oli mesin enam bulan sekali. Tapi kalau oli samping terus dilakukan pengecekan, jangan sampai telat,” pesannya.
Sebelum digunakan sebagai tunggangan harian, Iwan mengaku melakukan restorasi kecil-kecilan agar motor kesayangannya bisa lebih irit. Misalnya penggantian buring dan part lainnya pada bagian mesin. “Kalau 2 Tak, mesinnya sehat bisa lebih irit. Selain itu jangan sering membetot gas, karena bisa bikin boros,” ujarnya.
Karakteristik kendaraan dua langkah adalah dari segi suara yang gemerincing dan kering. Sementara dari segi power memiliki mesin yang besar dan tarikan mesin kencang pula. Karena sudah tidak diproduksi inilah, kendaraan 2 Tak seakan menjadi barang istimewa. Bahkan untuk pasaran harga pun tidak ada standartnya.
“Harganya di pasaran ya tidak teratur. Pernah motor saya ditawar sampai Rp 15 juta, bahkan temen saya ada yang beli harganya sampai Rp 25 juta untuk satu motor RX-King. Ya mungkin karena memang barangnya sudah langka, juga bisa menjadi motor klangenan saat muda dulu,” ujarnya.
Setelah mesin sehat, barulah melakukan restorasi pada bagian bodi dan asesoris lainnya. Iwan sendiri memilih melakukan resotorasi orisinil agar motor kesayangannya tersebut tetap nyaman digunakan. Ia mengaku spare part mesin, ataupun kelengkapan asesoris seperti lampu, masih banyak ditemukan dipasaran. “Lampu belakang saya cari yang orgininalnya, spare part saya kira masih gampang lah. Harganya pun murah, malah bisa dibilang lebih murah dibandingkan spare part motor-motor baru,” tandasnya.
Lain halnya dengan Sigit Saputro, pemiliki Suzuki Satria R 2 Tak. Sigit memilih menggunakan motor kesayangannya itu untuk keperluan balapan resmi di sirkuit. Menurut dia, saat ini motor 2 Tak seakan kembali naik daun untuk ajang balap atau sekadar digunakan harian.
“Saat ini memang banyak yang nyari. Cuma ya karena dari pabriknya sudah tidak produksi jadi seperti barang langka susah dicarinya,” tambahnya.
Motor 2 Tak untuk keperluan race lanjut Sigit, ia pilih karena settingan mesin lebih mudah dibandingkan motor 4 Tak. Tarikan yang responsif dan tenaga yang besar, sengaja ia pilih untuk menyalurkan hobi berburu kecepatan ini.
“Dari segi spare part lebih ekonomis dan nyarinya gampang. Suaranya pun lebih khas dibandingkan motor 4 Tak dan tentunya punya power yang besar,” pungkasnya. (den/zal/bas)
