27 C
Semarang
Jumat, 8 Desember 2023

Kurnia Hidayati, Healing dengan Menulis Puisi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, KURNIA Hidayati hobi menulis sejak kelas 5 SD. Ia masih ingat betul, kegemarannya itu bermula dari membaca Majalah Bobo. Setelah beranjak dewasa, Nia –sapaan akrabnya– mulai mencari hobi-hobi lain mengikuti teman-temannya. Setelah lelah mencoba, pada 2011, wanita 30 tahun ini memutuskan untuk fokus menulis dengan mengikuti berbagai perlombaan.

“Tahun 2011 menjadi titik awal saya serius dalam bidang ini. Meskipun jalannya tidak mudah. Karena saya harus ditolak, bahkan puluhan kali untuk menembus buku antologi dan media massa. Namun dengan keyakinan dan tekad yang kuat, saya terus bekerja keras dan pantang menyerah,” ujar guru SMP Negeri 6 Batang ini kepada RADARSEMARANG.COM.

Ia terus belajar dan mencoba memperbaiki kualitas tulisannya. Caranya dengan banyak mencoba dan banyak gagal. Pikirannya lurus. Selagi masih muda, masih banyak pintu terbuka. “Prinsip saya, saat mencoba itu kemungkinannya 50 banding 50. Kalau tidak gagal, ya berhasil. Kalau tidak mencoba, sudah pasti 100 persen gagal,” katanya.

Awalnya, wanita asal Kelurahan Karangasem Selatan, Kabupaten Batang ini suka menulis cerpen. Ia mulai tertarik menulis puisi karena lomba yang bisa diikuti adalah puisi. Jadi, Nia benar-benar belajar menulis puisi dari nol. Langsung praktik tanpa guru dan teori. Lalu pelan-pelan belajar dan lama-kelamaan menikmati menulis puisi.

Baginya, menulis puisi itu adalah cara lain untuk berkomunikasi. Terutama dengan diri sendiri dan keadaan. Berbagai penghargaan telah didapatkan. Seperti diundang dalam temu penyair lima negara pada 2014, nominasi karya terbaik mahasiswa 2014, juara 1 lomba menulis puisi Himasatria Universitas Pekalongan (Unikal), dan juara 3 lomba menulis puisi nasional bertema sisa masa lalu yang diadakan oleh Ellunar Publishing 2022. “Karya saya sudah pernah dimuat di beberapa media massa di Indonesia sejak tahun 2013, termasuk di Jawa Pos nasional,” ucap alumnus STAIN Pekalongan ini

Selain di koran, puisi karya Nia juga dipajang pada blog pribadinya tulisanbernyawa.blogspot.com. Karyanya juga dibukukan dalam antologi yang terbit pada 2015 berjudul Senandika Pemantik Api. Berbagai karyanya itu inspirasinya didapatkan dari membaca. Membaca karya penyair-penyair yang sudah fenomenal, membaca suasana, membaca peristiwa, dan terus menulis apapun kondisi hati.

“Dulu saya sediakan waktu khusus menulis pada malam hari. Tapi kalau sekarang, saya menulis kapan saja ketika saya butuhkan. Karena tujuan menulis saya sekarang lebih kepada terapi bagi kesehatan mental. Atau kalau kata anak zaman now sebagai healing dari stres dan beban pikiran,” kata Nia.

Sebagai guru, Nia juga menyebarkan kemampuan menulisnya kepada anak didiknya. Mulai melatih lomba hingga ekskul jurnalistik. “Nah di situlah saya mengajak siswa saya untuk belajar bersama-sama menciptakan sebuah karya,” tuturnya. (yan/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya