RADARSEMARANG.COM, Kota Semarang semakin rajin bersolek dan berbenah. Hal itu membuat geliat kemajuan Kota Semarang konon dilirik kota-kota lain. Bagaimana para seniman merespon hal tersebut? Berikut bincang-bincang wartawan RADARSEMARANG.COM Nanang Rendi Ahmad dengan Ketua Dewan Kesenian Semarang (Dekase) Handry TM.
Sejauh Mana Komitmen Dekase menjaga kelestarian seni dan budaya?
Sebagai lembaga yang mendapat dana dari Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Dekase wajib bertanggung jawab atas tugas dan perannya. Menggelar acara seni dan budaya menjadi salah satu wujud komitmen kami melestarikan seni dan budaya. Misalnya mengadakan Pasar Seni.
Adakah jurus tertentu untuk memperkenalkan kesenian Semarang ke dunia?
Tanpa menggunakan jurus pun, kesenian Semarang sudah dikenal. Banyak sesepuh seniman Semarang yang telah dikenal karena karya-karyanya. Sebut saja Raden Saleh atau Ngesti Pandawa. Kini yang sedang saya garap bagaimana agar seniman-seniman mau mampir ke Semarang. Membentuk Semarang sebagai titik apresiasi seni. Guyonnya, seniman mana pun belum hebat jika belum manggung atau tampil di Semarang.
Lalu, bagaimana Anda mengupayakan itu? Apa manfaatnya?
Ya, saya ajak seniman-seniman ke Semarang. Kasih mereka panggung. Main bareng seniman Semarang. Jadi ke depannya bisa berkembang. Manfaatnya, selain kuatnya jaringan dan kelestarian seni, juga menambah pendapatan daerah.
Bisa kasih contoh soal itu?
Contohnya konser MLTR beberapa waktu lalu. Kami terlibat di sana. Dapat dilihat, apresiasinya luar biasa. Digelarnya konser itu tentu menambah pendapatan daerah. Keseniannya dapat, misi pariwisata Kota Semarang juga dapat. Ini bentuk kami untuk mengimbangi geliat kemajuan Kota Semarang. Jangan sampai kotanya berbenah, senimannya tidak siap.
Ke depan, apakah cara itu akan tetap dipakai?
Dipakai dan terus diperbarui. Tergantung apa tantangannya. Hal yang terpenting adalah bagaimana Semarang dikenal sebagai kota yang keseniannya hidup. (*/zal)