RADARSEMARANG.COM, Batang – Tinggal di dataran tinggi di Kabupaten Batang, warga Desa Bawang ini sukses membudidayakan ikan dalam keramba. Bukan di waduk, telaga atau sejenisnya, melainkan di aliran irigasi desa setempat. Seperti apa?
Tak jauh dari lokasi keramba, wartawan RADARSEMARANG.COM singgah di salah satu rumah warga Desa Bawang, Kecamatan Bawang, Batang. Pemilik rumah mengenalkan koran ini pada Imam Sayogo, 71. Dia merupakan salah satu orang yang memulai melakukan budidaya ikan dalam keramba.
Walaupun sudah cukup umur, Mbah Yogo –sapaan akrabnya– tetap semangat bercerita keramba buatannya. Perbincangan semakin hangat sembari meminum teh panas dan ketela goreng. Tak berselang lama, Mbah Yogo langsung mengajak untuk melihat keramba di selokan desa setempat.
Lokasinya di RT 4 RW 4, persis di sebelah utara alun-alun Kecamatan Bawang. Desa Bawang sendiri merupakan salah satu desa yang berada di dataran tinggi Kabupaten Batang. Mbah Yogo pulang ke rumah mengambil kunci dan pelet ikan. Ia mempersilakan koran ini untuk berjalan terlebih dahulu. Mengikuti jalan ke arah timur dan menyisir sungai kecil ke arah selatan setelah jembatan besar.
Selokan itu berukuran lebar sekitar 1,5 meter. Berdekatan dengan sungai besar yang memiliki hulu di kaki Gunung Prau. Hanya jalan cor yang memisahkan sungai dalam dan selokan kecil itu. Air selokan cukup jernih. Kedalamannya hanya sekitar 50 sentimeter.
Puluhan keramba tertutup berjajar sepanjang aliran sungai kecil tersebut. Ukurannya bervariasi, mulai panjang 1 meter hingga 2 meter. Sementara lebarnya hanya sekitar 1 meter saja. Mbah Yogo menyusul dan menunjukkan letak kerambanya.
Keramba itu digembok dari luar. Saat gembok dibuka, keramba itu terlihat cukup dalam. Lebih dalam dari dasar selokan. Mbah Yogo menjelaskan jika kedalamannya mencapai satu meter. Saat itu hanya terlihat satu dua ekor ikan saja di permukaan. Mbah Yogo pun menaburkan pelet ke dalam kerambanya.
Ternyata ikan di sana cukup banyak. Jenisnya adalah ikan nila. Ikan-ikan itu begitu lahap berebut pelet. Mbah Yogo mengatakan, saat menebar benih satu keramba bisa muat 400 ekor ikan. Hanya ikan berukuran dua jari yang bisa masuk dalam keramba bambu itu untuk pembibitan. Keramba itu terbuat dari bilah bambu yang memiliki celah kecil. Sehingga ikan tidak bisa keluar.
“Awale coba-coba, memanfaatkan alur sungai. Dari desa juga mengizinkan dari pengairan. Yang pertama itu Mbah Kirno, sampun sedo. Bareng kaleh kulo,” cerita Mbah Yogo.
Sudah sekitar 10 tahun lalu ia mulai memasang keramba. Semula hanya empat keramba. Semakin lama semakin banyak warga yang tertarik. Sekarang jumlahnya ada 70 keramba. Dulu hanya bapak-bapak yang melakukan budidaya, sekarang para pemuda juga ikut memasang keramba di selokan tersebut.
Ia tidak menyangka, kini warga antusias ikut melakukan budidaya ikan. Bahkan warga RT 19 RW 4 kini juga ikut melakukan budidaya serupa. Warga di sana mayoritas bekerja sebagai pedagang. Mereka punya warung di pujasera alun-alun Bawang.
“Ini buat penghasilan sampingan. Tidak perlu memberi makan pelet. Paling diberi makan nasi sisa,” ucapnya.
Warga di sana tidak pernah kerepotan untuk memberi makan ikan dalam keramba tanam itu. Banyak makanan hanyut di selokan tersebut. Makanan biasanya diberikan satu kali sehari.
Kendalanya, saat debit air tinggi seringkali sampah-sampah daun, ranting, dan plastik tersangkut di keramba. Warga pun punya agenda rutin untuk membersihkan aliran sungai. Walau demikian, tiap hari mereka selalu mengecek dan melakukan perawatan.
Sementara itu untuk panen biasanya dilakukan satu tahun sekali. Namun pembeli bisa datang sewaktu-waktu. Kalau ada yang ingin membeli langsung diambilkan dari keramba. Satu kilo biasanya berisi lima sampai enam ekor. Ikan nila dijual Rp 40 ribu per kilo. Sementara ikan mas Rp 80 ribu per kilo.
Mbah Yogo mengajak koran ini untuk melihat isi keramba lain. Kebetulan ada warga lain yang sedang membersihkan kerambanya. Saat dibuka, keramba itu berisi ikan koi. Ukurannya sudah cukup besar. “Kalau ada saudara datang, tinggal ambil untuk hidangan atau sebagai oleh-oleh dibawa pulang,” guraunya.
Keberadaan keramba di sana ternyata mendapat perhatian warga dari dataran tinggi Dieng. Kerap kali warga luar daerah itu menyempatkan diri datang ke sana untuk membeli ikan segar. (yan/aro)