30 C
Semarang
Kamis, 7 Desember 2023

Kini Diolah Jadi Manisan, Rendang, Risol, hingga Gulali

Mengunjungi Kampung Olahan Kolang-Kaling Jatirejo, Gunungpati, Semarang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Bulan Ramadan tinggal tiga pekan lagi. Salah satu yang banyak dicari untuk berbuka puasa adalah kolang-kaling. Buah ini menjadi campuran dalam membuat es ataupun kolak. Di Semarang, terdapat sentra produksi kolang-kaling. Yakni, di Kampung Kokolaka di Kelurahan Jatirejo, Gunungpati. Selain kolang-kaling original, ada juga yang diolah menjadi berbagai varian makanan.

TITIS ANIS FAUZIYAH, Radar Semarang

 SENTRA KOLANG-KALING: Jumarni menumbuk kolang-kaling menjadi gepeng di Kampung Kokolaka, Jatirejo, Gunungpati. (kanan) Buah aren direbus lebih dulu sebelum dikupas menjadi kolang-kaling. (TITIS ANIS FAUZIYAH/RADARSEMARANG.COM)

SENTRA KOLANG-KALING: Jumarni menumbuk kolang-kaling menjadi gepeng di Kampung Kokolaka, Jatirejo, Gunungpati. (kanan) Buah aren direbus lebih dulu sebelum dikupas menjadi kolang-kaling. (TITIS ANIS FAUZIYAH/RADARSEMARANG.COM)

SETIAP jelang ramadan, aktivitas warga di Kampung Olahan Kolang-Kaling (Kokolaka) di Kelurahan Jatirejo semakin sibuk. Mereka memproduksi kolang-kaling yang permintaannya mulai naik setiap mendekati bulan puasa. Ya, mayoritas warga di pinggiran Kota Semarang ini memang mengandalkan usaha kolang-kaling sebagai sumber penghidupan. Di RW 01 Kelurahan Jatirejo, ada sebanyak 10 pengusaha kolang-kaling. Setiap pengusaha paling tidak mempekerjakan 10 warga setempat.

Di rumah, proses pengolahan dilakukan. Mulai pemisahan biji buah aren, sampai diolah menjadi kolang-kaling. Koran ini mengunjungi rumah pengolahan milik Amin. Dari luar terlihat gundukan biji buah aren yang masih menyatu dengan batangnya. Sari dan Rukinem bertugas memisahkan buah dari tangkainya menggunakan pisau besar. Memegang ujung batang dengan sarung tangan, dan tangan kanannya membabat.

“Kami bekerja di sini tidak setiap hari. Kalau ada kiriman buah dari luar kota ya kami datang untuk memisahkan buah aren. Nanti yang mengupas ada sendiri,” tutur Sari kepada RADARSEMARANG.COM sembari duduk di atas gunungan buah aren, Selasa (23/3).

Rumah Amin menjadi satu dengan tempat produksi. Ruang dalam digunakan untuk merebus kolang-kaling. Terdapat empat tungku api yang di atasnya diletakkan empat tong besar. Selama kurang lebih satu jam kolang-kaling direbus. Setelah matang, kolang-kaling ditiriskan, kemudian melalui proses pengupasan.

Suripah, istri Amin berperan mengupas kolang-kaling yang telah matang. Di setiap buah aren berisi tiga biji kolang-kaling. Ia mengaku telah menekuni usaha pengolahan kolang-kaling bersama suaminya sejak 1990-an. Beberapa tahun lalu kakinya mulai sakit tak bisa berjalan. Namun ia tetap membantu mengupas kolang-kaling di rumahnya.

“Yang kami kerjakan jumlahnya nggak mesti. Kadang sedikit, sekitar 2-3 kuintal, tapi kalau banyak bisa sampai 1 ton. Bulan puasa biasanya rame. Permintaan ada terus sampai luar kota. Malah kami yang kadang kehabisan stok, karenya buahnya memang lagi nggak panen,” jelas Suripah sembari membungkus buah dengan kain untuk mengurangi panas setelah direbus.

Ia mengaku telah memiliki pelanggan tetap. Awalnya, ia mengikuti jejak orang tuanya. Dulu sempat mengirim ke Pasar Johar, namun sekarang pelanggannya berada di Pasar Karangayu.

Dijelaskan, setelah proses pengupasan, kolang-kaling direndam satu hari lalu digepengkan dengan tumbukan besar. Sekali tumbuk sekitar 4-5 biji kolang kaling. Proses itu melibatkan 3-5 pekerja, tergantung banyaknya bahan. Setelah menjadi gepeng, kolang-kaling direndam lagi 1-2 hari dalam tong besar untuk kemudian siap dijual.

“Mengolah kolang-kaling itu memang lama, Mbak. Tapi banyak orang yang tidak tahu prosesnya. Tahu-tahu tinggal beli di pasar, dan tinggal masak,” ujar Jumarni yang bekerja di tempat Amin sejak 2000-an.

Sejak menjadi Kokolaka pada 2017 lalu, warga Jatirejo bukan hanya mengolah buah aren tersebut menjadi kolang-kaling yang siap dijual ke pasar. Warga setempat juga berinovasi mengolah kolang-kaling menjadi berbagai jenis makanan. Mulai dari kerupuk, manisan, tahu bakso, risol, rendang, coklat pepes hingga gulali.

Ketua UMKM Gerai Kopimi Kelurahan Jatirejo Dwi Sayekti Kandarini mengaku, inovasi aneka menu olahan kolang-kaling datang dari warga setempat. Kini terdapat sekitar 15 warga yang ikut memproduksi olahan kolang-kaling. Ia sendiri memproduksi olahan manisan yang diberi nama “Simanis Koling”.

“Kami sudah diberi kios di Pasar Srondol oleh Pak Hendi (Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Red), tapi belum aktif. Jadi, saat ini lebih sering meramaikan event bazar di mana-mana. Besok tanggal 14 April rencananya ikut bazar di kecamatan” terangnya.

Dikatakan, pengembangan inovasi olahan kolang-kaling ini didukung oleh Pertiwi Indonesia. Kelurahan Jatirejo yang sempat didapuk sebagai desa wisata memiliki banyak daya tarik, selain kolang-kaling. Mulai dari bumi perkemahan, trail adventure, river tubing, hingga homestay yang bertebaran di sepanjang jalan kampung.

“Saat ini desa wisatanya sedang lesu memang. Tapi kami harap bisa diupayakan bersama untuk hidup lagi, berkembang, dan memberdayakan warga,” imbuh perempuan yang akrab disapa Mbak Ninik ini. (*/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya