Tanggal 1 Desember merupakan momen bersejarah bagi pecinta FNHON Gust di Semarang. Secara resmi mereka memiliki komunitas baru yang dapat menjadi ajang berkumpul dan menyalurkan hobi sama, yakni bersepeda dan merakit sepeda lipat jenis FNHON Gust.
DEWI AKMALAH, RADARSEMARANG.COM
ADA yang berbeda di Balai Kota Semarang, Minggu pagi (1/12) kemarin. Ratusan pesepeda berkumpul untuk melakukan touring mengelilingi Kota Semarang. Mereka menggunakan sepeda lipat jenis yang sama. Yakni, FNHON Gust. Tanggal 1 Desember kemarin, komunitas pesepeda lipat FNHON Gust Semarang ini diresmikan. Namanya Komunitas Semarang Gust Owner (SEGO).
Koordinator Komunitas SEGO Hengky Hendrawan Jatmiko menceritakan, komunitas tersebut sebenarnya sudah terbentuk sejak Mei 2019. Tujuannya sederhana. Yakni, memberikan wadah bagi pecinta sepeda lipat FNHON Gust untuk berkumpul. Awalnya, Hengky –sapaan akrabnya– yang memiliki hobi merakit FNHON Gust berinisiatif menggundang temannya yang juga memiliki FNHON Gust dari seluruh Semarang dalam sebuah grup WhatsApp. Setelah berbagi pengalaman, mereka memilili visi yang sama untuk mengampanyekan gerakan bersepeda bagi masyarakat. Karena itulah komunitas Sego ini lahir.
“FHNHON Gust itu jenis sepeda unik, karena merupakan sepeda lipat yang tidak dipergunakan untuk balapan. Tapi untuk bergaya. Dan itulah kami. Komunitas ini lebih menekankan olahraga rekreasi yang santai dan melepas stres sekaligus untuk bergaya, ” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Ia menambahkan untuk menjadi anggota komunitas, setiap orang diwajibkan memiliki sepeda lipat. Apapun mereknya tidak mempermasalahkan. Namun dirinya mengakui kebanyakan anggota memang memiliki FNHON Gust. Karena awal mula komunitas terbentuk memang bagi pecinta sepeda lipat jenis tersebut. Persamaan hobi merakit sepeda membuat mereka bisa saling cocok dalam berkomunikasi. Tak jarang mereka juga memiliki visi yang sama menjadikan hobi tersebut sebagai investasi masa depan yang menjanjikan.
“Harga sepeda ini lumayan. Paling murah Rp 2,5 juta dan termahal bisa sampai Rp 130 juta. Kalau yang biasa dipakai anggota kisaran harga Rp 5 juta. Tapi kalau dijual kembali harganya bisa mencapai Rp 17 jutaan. Karena itu banyak dari anggota yang menjadikan sepeda ini sebagai investasi,” katanya.
Meskipun baru seumur jagung, saat ini komunitas tersebut telah memiliki 40 anggota. Setiap Rabu malam atau Minggu pagi, mereka akan berkumpul dan bersepeda bersama. Komunitas tersebut juga sering mencari tempat dengan memiliki pemandangan bagus untuk gowes. Sehingga ketika lelah mengayuh sepeda, mereka dapat berkumpul dan berbagi cerita mengenai banyak hal sembari bersantai melihat pemandangan yang ada. Tak jarang pula ketika bosan di Semarang, komunitasnya sering melakukan touring ke berbagai daerah di Jawa Tengah dan sekitarnya. Yang tentu saja memberikan sensasi yang berbeda.
“Seringnya sih kita bersepeda di Balai Kota Semarang, BSB Ngaliyan dan Kalisari. Kalau untuk touring kita baru ke Puwokerto, Purwodadi, Magelang, Jogjakarta. Intinya kita cari pemandangan yang bagus. Jadi, kalau capek, kita bisa foto-foto bagi yang suka fotografi. Atau kulineran bagi yang suka makan. Pokoknya kita itu komunitas yang suka fashion, olahraga dan kuliner,” lanjutnya sambil tertawa.
Ia menambahkan, meskipun komunitas yang dipimpin bertema santai, namun ada misi khusus yang diusung bagi para anggota. Yakni, mengampanyekan pola hidup sehat melalui bersepeda. Pihaknya ingin menjadi contoh bagi masyarakat bahwa di tengah kesibukan, anggotanya masih menyempatkan waktu untuk bersepeda. Apalagi saat ini sepeda sudah banyak digandrungi dan menjadi alat diplomasi ampuh bagi para pejabat.
“Saya inginnya masyarakat mulai bisa berolahraga minimal dengan hal sederhana seperti bersepeda seminggu sekali. Sehingga selain badan dapat menjadi lebih sehat, kita juga bisa menambah teman dan menghilangkan stres. Dan tentu saja kita bisa bekerja jauh lebih semangat jika badan kita sehat,” pungkasnya. (*/aro)