RADARSEMARANG.COM, Bahasa Jawa merupakan pelajaran yang dianggap sulit bagi murid-murid, terlebih yang berkaitan dengan penguasaan membaca atau menulis menggunakan aksara Jawa.
Hal ini karena penggunaan aksara Jawa jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka jarang mempelajari dan sulit memahaminya.
Salah satu materi pembelajaran Bahasa Jawa pada jenjang kelas VII SMP adalah membaca satu paragraf berhuruf Jawa. Murid dapat membaca satu paragraf berhuruf Jawa bila mereka paham dan hafal semua bentuk aksara Jawa.
Namun kenyataannya di SMP Negeri 2 Sawangan, dalam satu kelas yang hafal aksara Jawa hanya ada 1 atau 2 murid. Maka agar semua murid memahami dan hafal aksara Jawa guru harus menemukan solusi yang tepat dengan menggunakan metode, model, atau media pembelajaran yang menarik. Salah satu media pembelajaran yang digunakan adalah kartu aksara Jawa.
Menurut Daru Suprapta (2003:84) kartu aksara merupakan media yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran yang berupa kartu-kartu yang pada satu sisinya terdapat huruf.
Pada penerapan pembelajaran Bahasa Jawa tentu saja menggunakan huruf aksara Jawa. Pada awalnya guru memberikan tugas kepada murid untuk membuat satu paket kartu huruf yang terdiri dari aksara Jawa nglegena, sandangan, dan pasangannya.
Guru juga memberikan kesempatan kepada murid untuk berkreasi dalam pembuatannya baik dari bentuk maupun bahannya. Hasilnya luar biasa, murid-murid lebih kreatif dalam membuat kartu aksara Jawa, ada yang berbentuk segi tiga, persegi empat, bulat, lonjong, bunga, dan lain-lainnya.
Sementara bahan-bahannya pun juga bermacam-macam, ada yang dari kertas manila, kertas kardus, kertas pelangi, asturo, bahkan ada yang dari triplek.
Setiap ada pembelajaran bahasa Jawa di kelas VII, guru meminta murid untuk selalu membawa kartu aksara Jawa tersebut. Cara permainannya adalah murid berpasang-pasangan lalu saling menebak kartu yang disodorkan padanya secara bergantian.
Soal yang diberikan sejumlah 10 kartu secara acak, setiap murid yang memberikan soal juga menilai benar atau tidaknya sehingga setelah waktu yang ditentukan guru akan mengecek jumlah yang benar setiap muridnya.
Setelah berjalan beberapa kali pertemuan, masih berpasang-pasangan murid diminta memilih satu kata lalu pasangannya menebak kata tersebut.
Kegiatan permainan menggunakan kartu aksara Jawa dilakukan setiap kali pembelajaran Bahasa Jawa selama kurang lebih 20 menit pada awal pembelajaran. Karena dalam satu kelas yang hafal aksara jawa hanya ada 2 sampai 3 anak saja.
Setelah menggunakan kartu aksara Jawa tersebut pemahaman akan aksara Jawa murid semakin bertambah. Mereka juga antusias dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
Guru juga memberikan imbauan permainan aksara Jawa ini bisa digunakan di luar pelajaran atau saat di rumah. Sehingga mereka bisa bermain dan belajar serta saling mengasah kemampuannya.
Sementara pada saat pembelajaran Bahasa Jawa pada materi membaca satu paragraf berhuruf Jawa, guru sudah menyiapkan kartu-kartu aksara Jawa yang berisikan kata-kata yang bila disusun menjadi kalimat. Pembelajarannya dimulai dengan guru apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran lalu menyampaikan skenario pembelajaran.
Guru kemudian membagi kelas menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 murid. Mereka mendapatkan tugas menyusun kartu-kartu kata supaya jadi kalimat.
Setelah menjadi kalimat, mereka diminta menyusunnya menjadi sebuah paragraf atau alenia. Setelah selesai, mereka diminta menempelkan kata-kata bertuliskan aksara Jawa tersebut di kertas yang disediakan dan ditempelkan di dinding kelas.
Kemudian semua kelompok selesai, satu per satu mempresentasikannya. Hasilnya, dalam waktu yang telah ditentukan mereka bisa melakukan hal tersebut.
Pada akhir pembelajaran mereka diberikan tugas secara individu untuk menyalin satu paragraf berhuruf Jawa ke huruf latin sebagai nilai penugasan. (uj/lis)
Guru Bahasa Jawa SMPN 2 Sawangan, Kabupaten Magelang