RADARSEMARANG.COM, Semenjak diberlakukan Kurikulum Merdeka, para guru tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah Aksi Nyata. Aksi Nyata merupakan aktivitas terakhir untuk menyelesaikan satu topik pelatihan mandiri pada platform Merdeka Mengajar.
Aksi Nyata ini merupakan praktik pemahaman terhadap topik yang sedang dipelajari, kemudian diwujudkan dan didemonstrasikan sesuai pemahaman dan materi yang telah dikuasai.
Dalam menerapkan teori yang diperoleh dalam pelatihan mandiri ini guru melibatkan murid sebagai pusat proses pembelajaran. Hasil dari belajar mandiri guru sangat bagus diterapkan dan akan membuat kelas menjadi berbeda.
Perubahan mindset guru terhadap perubahan kurikulum, perlakuan guru terhadap murid, pengelolaan kelas, akan mengubah kebiasaan dan suasana kelas menjadi semakin hidup.
Perubahan mindset guru terhadap perubahan kurikulum, misalnya, akan membuat guru menjadi lebih sabar menghadapi murid dengan berbagai latar belakangnya. Setiap murid adalah individu yang unik dengan talenta, gaya belajar, kebutuhan, dan kecerdasan masing-masing.
Dari sini guru akan terlecut bagaimana dapat meramu pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan siswa sehingga terdiferensiasi. Guru akan merasa lebih puas ketika merasakan peningkatan hasil belajar, tidak hanya sesuai apa yang diharapkan guru sendiri tetapi juga sesuai dengan kebutuhan murid.
Ketika guru sudah mau membuka diri, membuka hati, dan menyadari bahwa setiap murid itu berbeda, guru akan lebih dapat mengambil hati murid untuk belajar. Kedekatan antara guru dan murid akan membuat murid merasa nyaman dan aman untuk belajar di kelas.
Kelas dengan kondisi nyaman yang dirasakan murid akan memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Untuk menghidupkan suasana kelas, guru sering menggunakan pertanyaan pemantik untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mereka terhadap materi yang akan atau sedang disampaikan. Sehingga guru lebih mudah mengarahkan murid kepada maksud atau tujuan pembelajaran.
Cara ini juga dapat mengaktifkan murid yang cenderung pasif sehingga dapat ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran akan semakin bermakna ketika guru sering melibatkan murid. Membuat kesepakatan kelas, misalnya. Guru mengawali dengan menyampaikan maksud kegiatan, apa saja tugas yang akan dilakukan murid, dan sebagainya.
Dengan melibatkan murid dalam proses pembelajaran, murid akan merasa senang, merasa dihargai sebagai individu, merasa bangga dengan hasil karya maupun hasil pemikirannya. Keuntungan lainnya, setiap murid akan merasa bertanggungjawab terhadap hasil keputusan dan kesepakatan yang telah mereka buat bersama. Mereka akan lebih memahami apa yang seharusnya dan yang tidak boleh dilakukan di kelas, tanpa merasa tertekan dengan peraturan yang ada.
Menghidupkan suasana kelas tidak hanya pada keaktifan murid pada proses pembelajaran. Kelas yang hidup juga dapat diartikan sebagai kelas yang mendukung budaya berliterasi dan berkarya. Pemanfaatan dinding kelas sebagai ajang karya akan menarik minat murid untuk terus menampilkan karyanya.
Karya yang ditampilkan dapat berupa motivasi diri, puisi, cerita pendek, gambar, juga kesepakatan kelas yang dibuat bersama. Selain itu juga dapat memanfaatkan salah satu sudut kelas sebagai pojok baca. Guru dapat berkolaborasi dengan petugas perpustakaan sekolah dalam menyediakan buku-buku bacaan.
Hasil karya murid yang dipajang di dinding kelas dapat diganti secara berkala sesuai kesepakatan kelas. Begitu juga dengan buku-buku bacaan di pojok baca kelas, dapat diganti secara berkala pula.
Perubahan suasana kelas yang dilakukan guru beserta seluruh murid di kelas merupakan bukti aksi nyata yang sesungguhnya. Bukan hanya murid yang akan merasakan kenyamanan di kelas, tetapi juga guru sendiri. Guru akan termotivasi melakukan perubahan dan berinovasi.
Ide inovasi guru akan muncul sejalan dengan kesadaran melayani murid dengan sebaik-baiknya, sehingga menjadi salah satu bukti praktik baik yang dilakukan guru di kelas. (ps1/ton)
Guru SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga