RADARSEMARANG.COM, Pasca panen merupakan salah satu materi Agribisnis Tanaman Sayuran yang dipelajari pada kelas XII jurusan ATPH (Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura) SMKN 1 Salam, Kabupaten Magelang.
Materi ini berkaitan dengan materi-materi sebelumnya yang sudah dipelajari pada kelas XI. Materinya yaitu mengoperasikan alat pengemasan, sortasi, dan grading. Pada materi ini peserta didik dituntut mengaitkan dan menerapkan konsep dasar yang sudah dipelajari sebelumnya.
Idealnya peserta didik menguasai konsep penanganan pasca panen tanaman sayuran. Namun berdasarkan ulangan harian tes kognitif materi pasca panen, peserta didik masih kurang aktif berfikir, mereka sekadar mendengar dan mencatat apa yang dibahas guru di depan kelas. Sehingga belum banyak mengerti terhadap materi pelajaran.
Untuk itu, perlu meningkatkan partisipasi aktif, kemandirian, dan kualitas belajar peserta didik sehingga pembelajaran menjadi student oriented dan hasil belajar peserta didik meningkat.
Mengatasi permasalahan tersebut, guru menerapkan model pembelajaran ”TUBATIH” yaitu Pembelajaran Tutor Sebaya Terlatih Acak dengan pengundian. Peserta didik yang menjadi tutor di depan dituntut berpikir pada tingkat yang lebih tinggi yakni mengerti esensi materi pelajaran sehingga lebih mengerti/menguasai konsep materi pelajaran.
Power point adalah sebuah program aplikasi microsoft office yang berguna sebagai media presentasi dengan menggunakan beberapa slide. Salah satu metode pembelajaran yang menerapkan teori belajar kognitif dan konstruktivistik tersebut adalah metode pembelajaran student oriented dengan peserta didik berperan sebagai tutor bagi teman-teman sekelasnya. Pembelajaran berpusat pada pelajar.
Hamiyah dan Jauhar (2014:49) mengartikan metode sebagai cara untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Implementasi pembelajaran ”TUBATIH” dalam meningkatkan hasil belajar pasca panen tahap pelaksanaannya dipaparkan sebagai berikut: pertama dibentuk kelompok-kelompok belajar dengan anggota masing-masing 4-5 orang peserta didik berdasarkan data nilai tes sebelumnya dan menentukan ketua kelompoknya.
Ketua kelompok dipilih yang hasil nilai tesnya tertinggi dalam kelompoknya. Kedua, menyusun posisi tempat duduk peserta didik sesuai kelompok masing-masing. Ketiga, peneliti membagikan paket soal pada masing-masing kelompok untuk dibahas dalam kelompok. Keempat, mengawasi diskusi kelompok yang dilakukan oleh masing-masing kelompok.
Kelima, ketika ada butir soal yang sulit dimengerti oleh peserta didik dan tak terpecahkan dalam kelompok, peneliti menjelaskan langkah-langkah pengerjaan soal tersebut. Keenam, mengundi urutan kelompok dan anggota kelompok untuk menjadi tutor di depan kelas menggunakan LCD, untuk menjelaskan materinya dengan power ponit. Pada saat pengundian inilah dinamika kelas menjadi lebih aktif.
Ketujuh, memanggil anggota kelompok sesuai hasil undian. Kedelapan, perwakilan kelompok yang dipanggil sebagai tutor, mengambil undian untuk menentukan nomor soal yang harus dijelaskan di depan teman-temannya dalam kelas. Selanjutnya guru dan peserta didik mengamati dan menyimak penjelasan tutor.
Memang dalam menjelaskan materi, banyak peserta didik masih grogi, namun persiapan (mempelajari materi) untuk menjelaskan itulah nilai positif bagi peserta didik. Kemudian guru memberi komentar, mengoreksi jika ada kesalahan dalam penjelasan, menilai presentasi tutor yang nantinya akan menjadi nilai kelompok, dan memotivasi.
Pembelajaran “TUBATIH”secara perwakilan kelompok mempunyai kelebihan yakni terjadi diskusi kelompok dimana peserta didik bisa saling tukar-menukar informasi. Sedangkan kelemahannya, peserta didik kurang percaya diri karena ketergantungan pada anggota kelompoknya masih tinggi. Sebagian dari peserta didik yang kemampuan dan motivasi rendah, cenderung pasif. (pf/lis)
Guru ATPH SMKN 1 Salam, Kabupaten Magelang