RADARSEMARANG.COM, DALAM proses belajar mengajar, guru berusaha mentransfer ilmu kepada peserta didik. Namun untuk menghasilkan perubahan perilaku sebagaimana yang diharapkan dalam proses pembelajaran tidaklah mudah. Termasuk untuk mendapatkan pemahaman yang sama antara guru dengan peserta didik tentang makna pesan yang disampaikan juga tidak mudah.
Oleh karena itu, guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.
Mata pelajaran IPS mengandung beragam materi yang berasal dari materi sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Materi yang luas ini tidak menutup kemungkinan membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajarannya.
Apalagi jika dengan pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan model ceramah yang monoton, karena kurang adanya penggunaan metode dan media pembelajaran. Komunikasi selama pembelajaran berlangsung satu arah, sehingga interaksi antara peserta didik dengan guru maupun peserta didik dengan peserta didik lainnya sangat minim. Atau penyampaian materi yang terlalu formal membuat peserta didik sulit untuk mencerna pelajaran.
Salah satu media pembelajaran yang tidak memerlukan pendanaan besar namun menyenangkan bagi peserta didik adalah dengan menggunakan media kartu. Media ini diharapkan dapat berpengaruh positif dalam memberikan pemahaman materi IPS.
Dalam menggunakan media kartu guru relatif berbeda dalam menyampaikan materi. Guru sebagai fasilitator, peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, dan mampu bekerjasama dengan temannya. Penggunaan media kartu ini membuat peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memasangkan kartu yang cocok antara pertanyaan dan jawaban.
Model pembelajaran Make A Match dikenal juga dengan istilah bertukar pasangan. Model ini dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Model pembelajaran Make A Match adalah suatu model pembelajaran dengan cara mencari pasangan pertanyaan dengan jawaban sambil belajar bekerja sama dengan teman dalam kelompok.
Pembelajaran dengan model ini dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan karena melibatkan berbagai aktivitas baik mental maupun fisik. Model ini melatih peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dan bekerjasama antar anggota kelompok sehingga karakter tanggung jawab dapat ditanamkan.
Adapun tujuan dari model Make A Match adalah melatih penguasaan materi dengan memasangkan kartu pertanyaan dengan kartu jawaban. Sebelumnya peserta didik dibekali dengan materi yang akan disimulasikan.
Langkah-langkah model Make A Match adalah, guru menyiapkan beberapa kartu sebanyak jumlah peserta didik. Satu kartu soal berisi pertanyaan, satu soal lainnya berupa jawaban. Guru membagi secara acak kartu soal dan kartu jawaban tersebut kepada peserta didik. Tiap peserta didik mendapat satu kartu.
Setelah membaca kartu yang diterima, maka harus mencari kartu pasangan dari pertanyaan/jawaban kartu yang telah diperoleh. Setelah satu babak selesai, semua peserta didik telah menerima satu kartu dan telah mendapatkan kartu pasangannya, maka kartu dapat dikocok kembali sehingga peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, dst. Guru membuat lembaran untuk mencatat pasangan yang berhasil serta skor untuk nilai presentasi.
Kelebihan metode pembelajaran Make A Match adalah meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Karena metode ini melibatkan berbagai aktivitas belajar baik kognitif maupun psikomotorik, melatih kedisiplinan peserta didik dalam memanajemen waktu, menyenangkan karena ada unsur permainan serta dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi antar peserta didik.
Pembelajaran dengan menggunakan metode Make A Match mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik khususnya pada materi kegiatan ekonomi pada kelas VII di SMP Negeri 2 Gringsing. (bt/ida)
Guru IPS SMP Negeri 2 Gringsing, Kabupaten Batang