RADARSEMARANG.COM,Setelah lulus, siswa SMK ada yang langsung bekerja. Maka sangat penting bagi mereka selain menguasai skill keteknikan juga perlu budaya industri yang akan mereka hadapi saat bekerja nanti.
Budaya industri adalah falsafah yang didasari pada pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok yang tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Gering Supriyadi dan Tri Guno:2021).
Pembentukan budaya industri membutuhkan proses yang panjang dimulai dari karakter kerja individu yang baik menjadi kebiasaan dan akhirnya membentuk karakter kerja secara kolektif yang disebut budaya kerja. Untuk itu perlu penanaman budaya industri ini sejak mereka masih menjadi siswa SMK.
Budaya industri salah satunya terkenal dengan singkatan 5R yaitu ringkas (pemilahan), rapih (penataan), resik (pembersihan), rawat (pemantapan), rajin (pembiasaan). 5R adalah proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan dan kebersihan tempat kerja (Bono:2015).
Penerapan 5R ini sangat banyak keuntungannya. Antara lain eliminasi kesalahan, meningkatkan kenyamanan, meningkatkan kemampuan setiap orang di lingkungan itu.
Dalam pelaksanaan penanaman budaya industri ini pada siswa, penulis lakukan saat pembelajaran mapel Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan (PSPTKR) pada KD. 3.21 Mendiagnosis kerusakan sistem rem konvensional di SMK Negeri 10 Semarang.
Penulis membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Untuk menanamkan budaya industri ini penulis memberi tugas tambahan kepada beberapa kelompok untuk menjadi satgas. Kelompok pertama diberi tugas menjaga kebersihan tempat kerja (lingkungan bengkel) selain praktik sesuai job, kelompok ini memastikan kebersihan di dalam bengkel dengan menyapu lantai bengkel sebelum pembelajaran praktik dimulai.
Memperingatkan siswa lain jika siswa tersebut membuat kotor dengan menyuruh buang sampah pada tempat sampah. Setelah praktik selesai, kelompok ini bertugas membersihkan ruang praktek yang mereka gunakan.
Kelompok kedua mendapat tugas mengurusi peralatan yang digunakan untuk praktik. Mereka pertama-tama membawa caddy tempat alat untuk praktik dari ruang penyimpanan ke ruang praktik siswa.
Tugas selanjutnya mendata alat-alat yang ada di caddy, jenis alat dan jumlah alat akan dilaporkan ke guru pengampu secara mendetail.
Tugas selanjutnya mendistribusikan alat ke kelompok yang membutuhkan atau mereka bisa mengambil sendiri sesuai kebutuhan selama proses praktik dilakukan.
Setelah praktik selesai tugas mereka mendata lagi alat yang sudah kembali di dalam caddy. Mereka akan meletakkan alat-alat yang digunakan sesuai tempat awal. Jika ada alat yang terletak tidak sesuai tempat awalnya, mereka akan memindahkan dan merapikan letak alat-alat tersebut.
Selain itu mereka akan membersihkan alat-alat yang kotor oleh oli dan lain-lainnya menggunakan kail lap atau majun. Sehingga alat yang ada di caddy sebelum dikembalikan ke tempat penyimpanan sudah bersih dan akan awet (mempraktikkan budaya industri : rawat).
Terakhir sebelum mereka membawa caddy ini ke tempat penyimpanan, tugas mereka melaporkan alat-alat yang ada di caddy telah lengkap, bersih dan rapi dengan posisi sesuai tempatnya.
Jika ada kekurangan alat di caddy, kelompok mereka berusaha mencari alat tersebut sampai ketemu. Jika semua siswa dalam kelas tersebut sudah berusaha tetapi belum ditemukan, seluruh siswa di kelas tersebut berdiskusi untuk mengganti alat yang hilang sebagai rasa tanggung jawab mereka.
Dengan metode ini siswa terbiasa menerapkan bagian dari budaya industri yang sangat berguna saat mereka terjun di dunia kerja. (ko/lis)
Guru SMK Negeri 10 Semarang