RADARSEMARANG.COM, DALAM pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi).
Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya (Inayati, 2012).
Problema yang dihadapi siswa kelas 5 pada SDN 02 Yosorejo, Kecamatan Siwalan, pada KD Menentukan Bilangan Bulat dari suatu bilangan adalah belum pahamnya siswa dalam mencari atau menghitung faktor atau kelipatan. Adapun siswa yang sudah jelas materi Menentukan Bilangan Bulat cara mencari masih model lama sehingga menghabiskan waktu dalam menyelesaikan soal.
Matematika memang sering digambarkan sebagai pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Karena anggapan tersebut, maka siswa semakin tidak menyukai pelajaran matematika. Hal ini dapat berimbas pada pemahaman materi matematika dan kemudian pada hasil.
Sejauh ini matematika mempunyai standar kelulusan yang jauh lebih rendah di banding mata pelajaran lain. Hal ini disebabkan karena matematika dianggap sulit diterima oleh siswa.
Penulis melihat situasi peserta didik dalam berhitung masih rendah dan kurang lancarnya membaca nama bilangan. Maka penulis menerapkan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan metode scramble modifikasi dengan angka.
Metode Scramble seperti halnya model pembelajaran Word Square, yang menggunakan kata-kata sebagai media pembelajaran, bedanya jawaban pertanyaan tidak disusun dalam bentuk kotak jawaban, tetapi jawaban sudah tertulis dalam susunan huruf dan angka yang acak.
Sebagaimana yang dikatakan Shoimin (2014: 166) model pembelajaran scramble merupakan metode yang berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraf.
Langkah-langkahnya antara lain, pertama, guru menyajikan materi sesuai dengan topic pembelajaran. Kedua, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-5 anak. Ketiga, kemudian guru keluarkan kalimat-kalimat beserta angka yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat.
Keempat, guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut.
Kelima, siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa. Keenam, siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.
Dalam model pembelajaran acak, kata modifikasi angka, tidak ada siswa atau anggota kelompok yang pasif atau hanya diam. Hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya.
Model pembelajaran scramble membuat siswa lebih kreatif dalam belajar dan berpikir, mempelajari materi secara lebih santai dan tanpa tekanan karena model pembelajaran scramble memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain. Karena bermain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menimbulkan kesenangan, sehingga memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak. (gp/ida)
Guru SDN 02 Yosorejo, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan