30 C
Semarang
Kamis, 7 Desember 2023

Penerapan Pembelajaran Diferensiasi Tingkatkan Prestasi Belajar

Oleh : REJEKI TULUS,S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Setiap peserta didik memiliki karakteristik berbeda dan unik. Meliputi perkembangan kognitif, bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kecerdasan, latar belakang keluarga, budaya, suku, agama, lingkungan, dan lain-lain.

Perbedaan karakteristik adalah anugerah Tuhan YME yang akan bersinergi menjadi satu harmoni dalam proses pembelajaran. Guru dituntut dapat merangkul perbedaan karakteristik peserta didik.

Hal ini sesuai dengan kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru. Yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang salah satunya meliputi pemahaman dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Sanjaya, 2007).

Tidak ada siswa bodoh. Hanya saja mereka mempunyai cara dan gaya belajar berbeda dan tepat untuk menguasai dan mengembangkan potensinya. Disinilah peran sentral guru sebagai fasilitator dan motivator. Guru harus mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar tujuan pembelajaran tercapai.

Dengan demikian guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman. Salah satunya dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Differentiated Instruction (DI) atau pembelajaran diferensiasi adalah suatu cara yang dilakukan merangkul semua perbedaan kebutuhan siswa dalam belajar. Sehingga, dapat membuat semua siswa belajar dengan cara yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.

DI dirancang sesuai perbedaan kesiapan belajar (readiness), minat (interest), dan profil belajar (learning profile) siswa. Berdasarkan perbedaan ini, guru dapat merancang pembelajaran dengan membedakan content (isi), process (proses), dan product (product).

Menurut Amir (2009), pengajaran dengan strategi diferensiasi memiliki empat karakteristik umum, yaitu: 1) Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi, 2) Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa akomodasi ke dalam kurikulum, 3) Ada pengelompokan siswa secara fleksibel, dan 4) siswa menjadi penjelajah yang aktif.

Dalam mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan, dan evaluasi. (Usman Mulbar, dkk.: 2017)

Di antara tugas berat guru di kelas adalah memiliki sejumlah anak didik dengan segala perbedaan. Menurut Arends dan Kilcher perbedaan meliputi banyak hal, seperti: jenis kelamin, latar belakang budaya, tingkatan kognitif, kemampuan, bahasa, kecerdasan, gaya belajar, kesiapan, dan minat.

Karena guru adalah kunci menuju implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang efektif, maka tingkat pengetahuan pedagogis guru memiliki peran penting dan krusial. Guru perlu
memiliki pengetahuan mendalam tentang filosofi dan pendekatan pedagogis diferensiasi agar dapat mengimplementasikannya. (Dr. Marlina, 2020: 13)

Langkah-langkah menerapkan pembelajaran diferensiasi adalah untuk memaksimalkan setiap kemampuan siswa dan tingkat keberhasilan dari setiap siswa, di mana guru akan membantu dalam proses pembelajaran tersebut.

Proses pelaksanaan DI (Differentiated of instruction), yaitu dengan terlebih dahulu guru melakukan (asesmen) awal atau mengadakan (pre-test) dengan tujuan mengetahui sejauh mana kemampuan dari masing-masing anak, sehingga guru bisa merencanakan untuk mendesain dan memodifikasi kurikulum berdasarkan tingkat kesiapan anak, interest atau ketertarikan anak, gaya belajar serta pengetahuan yang sudah didapat anak sebelumnya (Prior Knowledge).

Masing-masing anak akan mendapatkan pencapaian standar yang berbeda-beda. Hal ini sangat penting dilakukan oleh guru, karena dengan cara ini guru bisa mengetahui tingkat kemampuan anak.

Adapun peran guru di kelas berdiferensiasi yaitu, menilai kesiapan siswa melalui berbagai cara, membaca dan menafsirkan kecenderungan minat dan preferensi belajar, membuat berbagai cara agar siswa dapat mengumpulkan informasi dan gagasan, mengembangkan berbagai cara agar siswa dapat mengeksplorasi dan “memiliki” ide, menyajikan sarana yang bervariasi di mana siswa dapat berekspresi dan memperluas pemahaman. (Marlina, 2020:24)

Dalam kurikulum merdeka direkomendasikan beberapa model pembelajaran yang mengakomodir kecakapan abad 21, literasi dan karakter diantaranya adalah saintifik, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, inkuiri dan discovery learning atau penemuan.

Dalam setiap sintaknya model-model tersebut telah mengaktifkan setiap peserta didik dalam berbagai aktivitas yang dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran. Model-model pembelajaran ini sesuai pendekatan differentiated instruction yang menyesuaikan instruksi kepada kebutuhan peserta didik dengan tujuan memaksimalkan potensi masing-masing pembelajar dalam lingkup yang diberikan.

Diharapkan agar sekolah dapat secara konsisten melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dan meningkatkan pencapaian student wellbeing untuk memunculkan prestasi akademik yang
baik dan optimal. Sekolah harus mengembangkan kurikulum dan program pembelajaran yang lebih memperhatikan dan mengaktifkan keterlibatan siswa. Sehingga siswa belajar pada zona
nyamannya dan penyerapan materi yang diberikan guru bisa maksimal dipahami siswa. (bt/fth)

Guru SDN Tenggulangharjo, Kecamatan Subah, Batang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya