30 C
Semarang
Kamis, 7 Desember 2023

Memahami Undha Usuk Basa Sesuai Kaidah Kebahasaan Bahasa Jawa

Oleh : Septiyan Ulin Ni’am, M. Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Penerapan undha usuk basa pada siswa memiliki peran sentral dalam perkembangan watak, dan budi pekerti luhur bangsa sebagai budaya lokal perlu dilestarikan. Hal tersebut terkait penerapan bahasa jawa di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat harus selalu digalakkan.

Pemahaman siswa terhadap kosakata Bahasa Jawa sekarang sangat minim. Pengetahuan dan penerapan undha usuk basa sangat sulit dan kaku. Banyak guru kurang memahami dan menguasai materi. Semua itu akibat tidak adanya dukungan secara penuh dalam pendidikan khususnya terhadap bahasa Jawa.

Tingkat tutur bahasa Jawa sangat beraneka ragam. Bergantung kebutuhan, ketentuan dan tuntutannya. Untuk menghormati seseorang ataupun golongan yang lebih tinggi, orang Jawa menggunakan ragam krama maupun krama inggil.

Salah satu upaya memudahkan siswa dalam mempelajari kaidah bahasa Jawa krama yaitu dengan menyusun materi pembelajaran dengan menata tingkatannya. Mulai bahan materi yang dianggap mudah menuju ke tingkat paling sulit.

Pembenahan dalam pembelajaran bahasa Jawa dirasakan perlu jika bahan materi pembelajaran sebelumnya lebih banyak menghambat siswa dalam mempelajari bahasa krama. Jelas sekali, undha usuk basa perlu dipahami lebih lanjut.

Berikut ini, beberapa pengelompokan kosakata yang dibutuhkan guru dalam mengembangkan materi pada pembelajaran bahasa jawa sesuai dengan kaidah kebahasaan. Pertama, pengelompokkan kosakata ngoko-krama. Pengelompokkan suku kata ngoko dengan krama perlu dilakukan pemilahan kata-kata yang berkesesuaian agar lebih mudah untuk diidentifikasi. Caranya dengan membuat pola suku kata pada setiap suku kata yang sesuaian. Kedua, pengelompokan kosakata ngoko-krama identik total.

Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya padanan lain karena leksikon tersebut tidak mengungkapkan nilai rasa kasar atau halus. Leksikon ini hanya diambil beberapa sampel leksikon ngoko dengan krama yang identik. Seperti ragam ngoko pada kata [kates], [pitu], dan [kid?l] dan krama tetap memiliki kesamaan dalam penyebutan maupun tulisan.

Ketiga, pengelompokan kosakata ngoko-krama identik suku kata depan dengan perubahan suku kata akhir terbuka vokal [?] menjadi vokal [i]. Seperti pada ragam krama kata [n?g?r?] dan kata [n?g?ri] yang artinya negara. Kemudian ragam ngoko dalam ragam krama kata [pray?g?] dan [prayogi] yang artinya lebih baik. Keempat, pengelompokan kosakata ngoko-krama identik konsonan dengan perubahan suku kata awal vokal [u] menjadi vokal [?] dan suku kata akhir vokal [?] menjadi vokal [a]. Seperti dalam ragam ngoko kata [kump?l] dan dalam ragam krama kata [k?mpal] yang artinya berkumpul. Kelima, yaitu pengelompokan ketidakotentikan kosakata ngoko-krama. Kata ragam ngoko dengan krama yang mempunyai pola perberbedaan mutlak. Seperti dalam ragam ngoko kata [we?i] dan ragam krama kata [dalu] yang artinya malam.

Sejalan dengan hal ini, pembelajaran bahasa jawa dapat dibarengi dengan model pendidikan karakter yang baik mencakup beberapa aspek. Seperti perencanaan, kualitas proses pembelajaran, dukungan situasi dan kondisi lingkungan belajar, serta peran masyarakat sekitar.

Sehingga perkembangan penguasaan kosa kata bahasa Jawa sesuai dengan undha usuk basa lebih dapat dipahami siswa dan dapat diterapkan dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari. Serta menjadi bukti pelestarian budaya bangsa yaitu dengan mengenalkan bahasa ibu yaitu bahasa jawa kepada khalayak umum. (kj2/fth)

Guru SMK Muhammadiyah 2 Borobudur


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya