RADARSEMARANG.COM, Metode pembelajaran atau proses pembelajaran yang diberikan diharapkan mampu memberikan pengalaman langsung kepada para siswa. Guru dituntut mampu memberikan pembelajaran yang aktif dan membiarkan siswa untuk mencoba mencari tahu suatu hal tanpa gurunya memberi tahu terlebih dahulu.
Namun kenyataan di lapangan banyak siswa yang kurang antusias, merasa bosan dan tidak aktif pada saat pembelajaran. Seperti pada pembelajaran produktif kompetensi dasar Pembuatan Pupuk Kandang Cair pada Kompetensi Keahlian Agribisnis Ternak Ruminansia kelas XII ATR2 di SMK Negeri 1 Pakis Aji Jepara mata pelajaran penanganan limbah ternak ruminansia pedaging.
Kurangnnya keaktifan siswa dalam memahami pembelajaran penanganan limbah ternak ruminansia pedaging menyebabkan siswa kesulitan dalam memecahkan masalah dan hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil ulangan harian terlihat dari ketuntasan klasikal belajar yang hanya 18,75%, sisanya 81,25% dinyatakan tidak tuntas. Untuk itu guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai.
Menurut Sanjaya (2008), inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Hamalik (2006: 220) mengatakan, “Inkuiri dapat dilakukan secara individual, kelompok atau klasikal, baik didalam maupun diluar kelas. Jadi pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri mencari jawabanjawaban terhadap isi pertanyaan melalui prosedur yang digariskan secara jelas dan structural kelompok.”
Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran di mana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Proses pembelajaran model inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: pertama, tahapan orientasi yaitu membawa siswa ke dalam situasi belajar yang kondusif dan responsif. Kedua, tahapan merumuskan masalah berupa menyajikan pertanyaan atau permasalahan yang mengandung unsur teka-teki. Ketiga, tahapan mengajukan hipotesis yaitu jawaban sementara siswa sebelum melakukan pengumpulan data.
Keempat, tahapan mengumpulkan data berupa aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kelima, tahap menguji hipotesis yaitu proses menemukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Keenam, tahap merumuskan kesimpulan yaitu proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Pembelajaran model ini meningkatkan aktivitas siswa secara maksimal dalam proses menemukan dan mencari sendiri jawaban dari suatu masalah. Artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, siswa diminta tidak hanya menerima melainkan menelaah, memilah dan memberi respon atas materi pelajaran yang diberikan.
Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XII ATR 2 pada mata pelajaran Penanganan Limbah Ternak Ruminansia Pedaging.
Penerapan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas XII ATR 2 SMKN 1 Pakis Aji Jepara memberikan inspirasi dan masukan pada guru untuk menerapkan pendekatan yang tepat dan variatif sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Selain itu, guru dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. (ko/lis)
Guru Produktif di SMKN 1 Pakis Aji, Jepara