RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN Jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui Pendidikan Jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan. Pembelajaran Penjasorkes di sekolah tidak semua siswa bisa untuk melakukan dengan baik.
Senam lantai sebagai bagian integral dari Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Senam lantai merupakan olahraga yang sangat memerlukan daya tahan, kekuatan, kelentukan dan koordinasi yang baik agar tidak salah melakukan gerakan, karena gerakan senam sangat rentan terhadap cedera, demikian pula halnya dengan gerakan guling belakang yang salah satu gerakan senam lantai yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar.
Simamora (2019: 129) berpendapat bahwa “guling ke belakang merupakan gerakan badan berguling kearah belakang melalui bagian belakang, punggung dan tengkuk”. Pada pelaksanaan proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, khususnya materi guling belakang sebagai salah satu materi yang diajarkan di sekolah.
Sangat dibutuhkan kemampuan guru dalam mendesain model pembelajaran yang sesderhana. Apabila kurang kreatif dan kurang inovatif dalam pembelajaran guling belakang, maka peserta didik akan akan cepat merasa bosan atau jenuh dan lelah, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak akan tercapai dengan baik.
Hasil observasi di SDN 1 Ngampelkulon diketahui masih banyak kelemahan/masalah yaitu diantaranya siswa belum bisa menguasai teknik dasar dengan benar terutama guling belakang, lemah/kurang kuatnya tumpuan kedua tangan pada saat melakukan guling belakang. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran, teknik yang dilakukan siswa masih terdapat kesalahan.
Hasil dokumentasi belajar siswa kelas VI, data yang diperoleh dari 31 siswa pada saat penilaian guling belakang mendapatkan hasil dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 75 yang telah ditentukan sekolah baru 19 siswa yang dinyatakan tuntas, siswa juga mengalami kesulitan saat guling belakang.
Dalam melakukan guling belakang 22% tidak mengetahui awalan, 56% tidak megetahui pelaksanaan guling belakang, dan 22% tidak mengetahui akhir guling belakang. Maka dapat disimpulkan bahwa pencapaian dapat dipengaruhi berbagai aspek dan faktor-faktor dalam latihan antara lain adalah jenis latihan untuk meningkatkan kemampuan kekuatan dan kelentukan.
Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SDN 1 Ngampelkulon tidak seperti yang diharapkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, muncul suatu gagasan dalam penyampaian materi guling belakang menggunakan alat bantu bidang miring, sehingga peserta didik dapat melakukan gerakan guling belakang dengan lebih mudah.
Dengan memanfaatkan bidang miring untuk mengatasi pembelajaran guling belakang dikemas dalam pembelajaran yang menarik dan menyenangkan para siswa yaitu matras diletakkan pada bidang miring yang memudahkan siswa dalam berguling. Melalaui alat bantu bidang miring ternyata mampu membangun inteaksi edukatif.
Hal ini diindikasikan dengan keberhasilan guru untuk membantu anak didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung. Dengan demikian jelaslah bahwa melalui alat bantu bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa ke arah yang lebih baik. (*/zal)
Guru SDN 1 Ngampelkulon, Kendal.