RADARSEMARANG.COM, Di zaman ini kita dipaksa belajar untuk mampu menghadapi kondisi dunia yang selalu bergerak dan berkembang, Masing-masing orang memikul tanggung jawab atas dirinya sendiri dan pada akhirnya dituntut mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi. Pun dalam dunia pendidikan. Era new normal, memaksa kalangan pendidikan untuk kembali berpikir bagaimana proses pendidikan dapat menjadi jembatan yang efektif agar peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang berdaya saing.
Pembelajaran satu arah, dimana guru dituntut aktif mentransfer materi dan menjadi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik, sudah tidak sesuai. Maka, perlu dipetakan kebutuhan-kebutuhan dalam pembelajaran yang mendukung terwujudnya tujuan pendidikan. Yaitu mengembangkan potensi dan mencerdaskan individu dengan lebih baik.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Salah satunya adalah pendidik/guru. Pendidik berperan dalam memfasilitasi para peserta didik. Tugas pendidik yang paling utama adalah mengondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik (E. Mulyasa, 2007:100).
Proses belajar terbaik adalah dengan melibatkan para peserta didik untuk mempelajari materi secara aktif. Di saat yang sama, guru berperan dalam memfasilitasi para peserta didik dalam belajar, terutama menyiapkan sarana prasarana. Dalam pembelajaran sains, khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sarana laboratorium menjadi sangat penting dalam mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana prasarana yang salah satunya adalah laboratorium. Sekolah harus memiliki sarana prasarana laboratorium disamping perabot dan peralatan pendidikan lainnya. Lalu apakah laboratorium itu? Decaprio Richard (2013:16) menjelaskan, laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai macam kegiatan penelitian (riset), pengamatan, pelatihan dan pengujan ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berbagai macam disiplin ilmu. Secara fisik laboratorium juga dapat merujuk kepada suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka.
Laboratorium IPA menjadi tempat peserta didik dan guru belajar menemukan dan memecahkan masalah IPA. Di laboratorium, peserta didik dan guru melakukan penyelidikan dengan pengamatan-pengamatan objek, serta melakukan percobaan-percobaan. Laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang memerlukan objek dan peralatan khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas. Observasi, merumuskan masalah, merancang dan melaksanakan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, merupakan bagian dari kegiatan belajar IPA. Laboratorium IPA menjadi wadah untuk pengembangan proses sains tersebut.
Selain berupa ruang tertutup, lingkungan sekitar juga termasuk laboratorium, kita kenal sebagai laboratorium alam. Laboratorium alam merupakan laboratorium terbuka yang bisa berupa lingkungan sekitar seperti halaman sekolah, kebun, sawah, sungai, hutan. Ataupun lingkungan lain seperti lingkungan sosial, teknologi ataupun budaya yang bisa dimanfaatkan sebagai media ataupun sumber belajar. Lingkungan yang merupakan sasaran, sumber dan sarana belajar dapat digunakan sebagai tempat untuk melakukan praktik, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengambilan ilmu pengetahuan.
Dengan memanfaatkan laboratorium IPA, diharapkan muncul sikap kerja sama, partisipasi aktif, rasa ingin tahu, dan optimisme positif dalam diri peserta didik. Selain itu diharapkan peserta didik akan memperoleh informasi berdasarkan pengalaman langsung dan bisa belajar dari hal-hal yang bersifat konkret.
Sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi. Pembelajaran yang dialami menjadi lebih asyik, menarik, menyenangkan, dan bermakna. Pemanfaatan laboratorium IPA diharapkan juga mampu menjadi alternatif solusi dan contoh nyata peralihan dari teacher centered menuju pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning). (mj/lis)
Guru IPA SMPN 1 Mertoyudan, Kabupaten Magelang