27 C
Semarang
Jumat, 8 Desember 2023

Model Pembelajaran Make A Match Tingkatkan Pemahaman Materi Produk-Produk Pasar Modal

Oleh : Siti Rosidah, SE

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia. Serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Belajar seperti yang dirumuskan UNESCO (dalam Hamruni, 2012:48), yaitu learning to know (learning to learn), learning to do, learning to be, dan learning to live together. Learning to know,yaitu belajar berorientasi pada proses belajar tidak hanya pada hasil belajar tetapi belajar sepanjang hayat. Learning to do, belajar berorientasi pada pengalaman. Learning to be merupakan belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Learning to live together, merupakan belajar untuk bekerja sama.

Sebagaimana diketahui ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Atas. Salah satu pokok bahasan ekonomi yaitu pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu materi teoretis mengenai bentuk pasar abtrak, di mana barang yang diperjualbelikan berupa surat surat berharga.

Terdapat beberapa bentuk surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal yang belum bisa dimengerti siswa. Sehingga siswa perlu diberikan contoh riil bentuk-bentuk surat berharga, misalnya bagimana bentuk saham, obligasi, right, warrant dan lainnya.
Dengan metode pembelajaran make a match siswa dapat memahami bagaimana bentuk-bentuk surat berharga dengan memasangkan kartu yang berupa gambar surat berharga dan kartu soal.

Model Pembelajaran Make A Match

Santoso (2011:113) menyatakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran model make a match, yaitu guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi.

Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Setiap siswa mendapatkan kartu soal dan kartu jawaban.

Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencocokkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka.

Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul sendiri. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

Teori Belajar yang Mendasari Model Make A Match

Teori Kontruktivisme. Vigotsky (dalam Lapono, 2009:25) mengatakan bahwa konsep dasar belajar menurut teori ini adalah pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Teori belajar konstruktivisme mendukung model make a match karena dalam proses pembelajaran siswa diberikan stimulus oleh guru baik berupa model belajar, lingkungan belajar dan media pembelajaran agar siswa membangun pengetahuan sendiri mengenai apa yang dipelajarinya.

Teori Belajar Kognitivisme. Dalam teori belajar kognitivisme Piaget (dalam Rifa’I dan Anni, 2009: 25) mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan. Dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Teori kognitivisme ini mendukung model pembelajaran model make a match. Implikasi pembelajaran teori ini adalah interaksi antara individu dan lingkungan, yang menekankan interaksi antara siswa satu dengan yang lain. (*/lis)

Guru SMA Negeri 2 Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya