31 C
Semarang
Minggu, 3 Desember 2023

Mewaspadai Bahaya Metode Calistung dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh : Herlina, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Kurang lebih dalam satu dasawarsa terakhir ini kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya PAUD (pendidikan anak usia dini) kian tinggi. Kecenderungan positif ini, antara lain ditandai oleh besarnya antusiasme keluarga-keluarga muda untuk menyekolahkan putra-putri mereka yang masih berusia di bawah tujuh tahun ke lembaga pendidikan play group (PG) dan taman kanak-kanak (TK). Untuk memanfaatkan tingginya antusiasme ini, banyak dibuka institusi pendidikan anak usia dini (PG dan TK) baru oleh swasta dan pemerintah.

Namun hal ini tidak diiringi dengan pemahaman yang holistik dan benar mengenai PAUD. Peran dan fungsi PAUD dipandang sama dengan peran dan fungsi pendidikan pada umumnya. Terutama pendidikan dasar, yaitu sebagai institusi pendidikan untuk mengajarkan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (calistung).

Ironisnya lagi, pandangan yang keliru tersebut tidak hanya tertanam pada orang tua dan masyarakat awam, tetapi juga pada institusi dan pengajar (guru) PAUD serta birokrat bidang pendidikan terutama yang berada di tingkat bawah. Mereka berasumsi, PAUD merupakan tempat pengajaran yang baik dan tepat untuk menanamkan kemampuan (kompetensi) anak dalam membaca, menulis, dan berhitung. Dengan anggapan umur 0–6 tahun merupakan usia emas (golden age), yakni saat otak anak berkembang sangat cepat dan tengah peka-pekanya menerima rangsangan.

Siswa PAUD, yang umumnya berusia 3–6 tahun, tidak jarang dipacu semaksimal mungkin oleh guru (dengan persetujuan dan dukungan orang tua) untuk secepat-cepatnya mampu menguasai keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.

Keinginan orang tua dan guru untuk melihat anak pandai membaca, menulis, dan berhitung dipengaruhi pula oleh kebanggaan dan kesuksesan semu. Banyak guru dan orang tua merasa bangga dan sukses manakala sebelum anak masuk SD, sudah pandai membaca, menulis, dan berhitung. Diperunyam lagi untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah dasar, anak disyaratkan untuk lulus tes membaca, menulis, dan berhitung.

Menyalahi Fitrah. Aspek penting dan mendasar dalam pendidikan anak usia dini ialah aktivitas belajar-mengajar dilakukan dengan tidak menekankan kegiatan pokok “belajar”, melainkan “bermain”. Proses belajar untuk anak-anak PAUD harus dilakukan dengan menyenangkan. Bermain adalah kegiatan yang paling menyenangkan untuk anak-anak usia dini sehingga bentuk implementasi pengajaran yang paling tepat untuk mereka adalah bermain sambil belajar, bukan sebaliknya.

Mental dan kejiwaan anak usia dini (berumur 0–6 tahun) masih berada pada tahap perkembangan awal yang sangat sensitif dan rapuh. Memacu anak-anak play group dan TK untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung (calistung) tidak hanya menyalahi fitrah, tetapi penuh risiko dan bahkan berbahaya. Mantan Direktur PAUD Ditjen PAUDNI Kemendikbud, Sudjarwo menyatakan pengajaran membaca, menulis, dan berhitung untuk PAUD adalah berbahaya karena dapat menghambat perkembangan kecerdasan mental dan menyebabkan anak memiliki mental pemberontak (mental hectic).

Mengembalikan Fungsi PAUD. Prof. Suyanto, mantan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, menyatakan orang Indonesia umumnya miskin kreativitas karena otak kanannya mengalami kerusakan akibat ketika dalam usia dini mendapat pendidikan yang keliru (dipacu untuk mampu membaca, menulis, dan berhitung). Maraknya pengajaran membaca, menulis, dan berhitung di institusi PAUD jelas akan menghambat upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul dan kompetitif.

Penelitian mutakhir menunjukkan investasi terbesar pendidikan manusia berada pada usia dini, yakni 0–6 tahun. Pakar perkembangan dan perilaku anak, Brazelton, mengatakan pengalaman anak pada bulan dan tahun awal kehidupannya sangat menentukan kompetensinya dalam menghadapi tantangan hidup serta menunjukkan semangat untuk belajar dan sukses dalam pekerjaannya.

Oleh karena peran dan fungsinya yang penting untuk pembentukan kompetensi dan penciptaan SDM yang unggul, PAUD harus dijalankan dengan cara yang benar. Pengajaran membaca, menulis, dan berhitung di institusi-institusi PAUD harus diakhiri. Pendidikan anak usia dini wajib dikembalikan pada fungsi pokoknya sebagai pendidikan yang lebih menekankan dan mengutamakan kegiatan bermain dan bukan kegiatan belajar dengan moto bermain sambil belajar. (wa1/lis)

Guru Kelas V SDN Sembung 01, Kec. Banyuputih, Kabupaten Batang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya