RADARSEMARANG.COM, Aksara Jawa merupakan aksara daerah yang harus terus dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya. Karena merupakan salah satu aset dan kekayaan budaya bangsa.
Banyak tulisan sastra lama Jawa, sebagai warisan budaya adiluhung, belum terkuak kandungannya. Untuk membedah isi kandungan sastra lama tersebut diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang aksara Jawa.
Masyarakat pada masa sekarang sudah tidak mengenal aksara Jawa, maka salah satu upaya atau langkah-langkah pelestariannya dilakukan melalui pendidikan formal. Muatan pelajaran bahasa Jawa sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal wajib di tingkat pendidikan dasar hingga menengah atas, memasukkan materi aksara Jawa dalam kurikulumnya.
Penggunaan pendekatan cooperative learning dengan teknik belajar mengajar jigsaw pada permainan kartu aksara Jawa ini diharapkan dapat mengatasi kebosanan dan rasa jenuh siswa dalam proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran ini merupakan salah satu solusi agar pembelajaran aksara Jawa tidak terpaku pada penyampaian materi, tetapi juga dapat menciptakan suasana rekreatif dan menyenangkan.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dalam kelompok kecil, setiap anggota kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan aktivitas pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki pemahaman terhadap suatu pokok permasalahan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Callahan, Clark dan Kellough (dalam Setyosari, 2006: 1) mengungkapkan belajar kooperatif mencakup strategi yang terdiri atas kelompok heterogen yang bekerja sama dan menekankan dukungan bersama, bukan kompetisi di antara anggota kelompok.
Seringkali suatu kelompok belajar kooperatif (yang terdiri atas 4 orang anggota) dengan mempertimbangkan kemampuan, gender, dan etnis, dimana setiap anggota kelompok melakukan suatu peran khusus.
Beberapa teknik belajar mengajar cooperative learning menurut Anita Lie (2005: 55-71) adalah mencari pasangan, bertukar pasangan, berpikir – berpasangan – berempat, berkirim salam dan soal, kepala bernomor, kepala bernomor terstruktur, dua tinggal dua tamu. Kemudian kancing gemerincing, keliling kelompok, keliling kelas, lingkaran kecil lingkaran besar, tari bambu, jigsaw, dan bercerita berpasangan.
Anita Lie (2005: 69) mengemukakan dalam teknik jigsaw guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkannya agar pembelajaran lebih bermakna.
Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Kartu aksara tersebut berupa kartu-kartu kecil yang terbuat dari kertas asturo warna-warni sehingga dapat menarik minat siswa dengan ukuran 6 x 9 cm yang bertuliskan kata beraksara Jawa. Kartu aksara Jawa ini terdiri atas satu set kartu berisi kata beraksara Jawa nglegena. Satu set kartu tersebut terdiri atas 20 kartu yang akan dimainkan oleh masing-masing kelompok.
Satu kelompok bermain yang terdiri atas 4 siswa diberikan 1 set kartu secara berurutan sesuai penguasaan aksara Jawa yang dikuasai oleh tiap kelompok. Kartu aksara Jawa berfungsi melatih keterampilan membaca sekaligus menulis aksara Jawa, baik dalam tataran kata.
Penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw dapat meningkatkan perilaku atau aktivitas peserta didik dan guru dalam pembelajaran pengenalan aksara dan dominasi guru di dalam kelas dapat dikurangi.
Guru tidak jadi sebagai satu satunya sumber informasi bagi peserta didik. Guru berfungsi sebagai fasilitator, motivator, dan mediator dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif learning teknik belajar mengajar jigsaw pada siswa-siswi kelas 5 SDN Krasak 1, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang terbukti dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis 20 aksara Jawa legena. (pm2/lis)
Guru SDN Krasak 1, Kec. Salaman, Kabupaten Magelang