28 C
Semarang
Kamis, 7 Desember 2023

Sederhana Hasil Maksimal

Oleh: Trima Nur Khasanah,S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, GURU adalah ujung tombak pendidikan. Di era pandemi sekarang ini guru dihadapkan tantangan yang begitu kompleks. Mulai dari prestasi siswa yang dipertanyakan hingga karakter anak yang menghawatirkan.

Bahkan sampai dikatakan pendidikan kita saat ini sedang sakit, atau bahkan lumpuh. Tapi, saya sendiri tidak setuju kalau pendidikan kita dikatakan sedang sakit atau bahkan dikatakan lumpuh. Secara kita sebagai guru masih terus memberikan ilmunya, bahkan kerennya lagi kita sekarang lebih memiliki ikatan yang kuat dengan orang tua siswa.

Adanya kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) membuat guru juga harus memutar otak dan menambah ketrampilan supaya pembelajaran yang akan disampaikan tidak membuat anak bosan dan materi tersampaikan dengan maksimal. Langkah pertama yang ditempuh guru adalah harus meningkatkan ketrampilan di bidang IT. Berbagaimacam kendala harus diatasi dan hasil pembelajaran harus maksimal. Bagaimana solusinya?

Guru berhasil membuat media pembelajaran beberapa video. Di sini sudah cukup merasa puas. Guru merasa pelatihan yang diikuti selama ini berhasil diterapkan dalam pembelajaran. Media pembelajaran disampaikan kepada anak. Pertama anak antusias menonton media pembelajaran, tetapi genap seminggu timbul keluhan memori handphone penuh karena terlalu banyak video yang diunduh.

Mulai memutar otak lagi untuk mengatasi kendalan yang dihadapai. Sampailah pada pemikiran yang kedua. Video diunggah di Youtube. Cara ini dipikir evektif karena anak tidak perlu mengunduh, tapi sudah bisa menyaksikan video pembelajaran. Tidak sampai satu bulan, orang tua mengeluhkan kuota boros.

Di sini guru mulai merasa putus asa dan jengkel dengan keadaan. Setiap hari memikirkan bagaimana menyampaikan materi, tapi siswa tidak terbebani. Sebab, meskipun ada kuota pendidikan. Apabila setiap hari membuka Youtube berulang-ulang untuk memahami materi. Maka kuota pendidikan tidak cukup. Ide kreativitas apalagi yang harus dikeluarkan agar pembelajaran tetap maksimal hasilnya, tapi cukup memanfaatkan kuota pendidikan.

Tibalah pada pemikiran komunikasi sejuta umat. Hanya mengandalkan HP android akhirnya guru memaksimalkan aplikasi WhatsApp. Guru menggunakan sistem pembelajaran seperti di dalam kealas. Guru disiplin masuk grup kelas setengah delapan. Langkah pertama guru menyiapkan absensi kesiapan siswa belajar dengan cara siswa menuliskan nama dan ceklis pada form yang sebelumnya guru bagikan sesuai hari dan tanggal. Tetapi tidak seperti di kelas offline, absensi siswa tidak cukup 10 menit. Absensi siswa memakan waktu lebih lama.

Hari awal-awal absensi bisa sampai 2 jam. Dan guru merasa pembelajaran tidak efektif. Maka akhirnya guru memberikan batas waktu 40 menit untuk absensi. Apabila sudah lebih dari 40 menit ada siswa yang baru absen atau bahkan ada yang tidak absen, maka guru akan menanyakan dengan cara di-videocall pada sore hari.

Kegiatan absensi ini guru lakukan secara konsisten setiap hari efektif. Tujuannya adalah agar siswa terpantau keberadaannya dan kesehatannya. Selain itu, siswa juga akan termotivasi melakukan absensi karena kalau tidak absen sorenya pasti akan di-videocall. Dengan konsisten guru siswa jadi lebih disiplin melakukan absensi sebagai tanda dia masuk sekolah.

Kegiatan absensi yang sudah berjalan lancar tentunya harus dibarengi dengan kegiatan pembelajaran yang menarik. Maka untuk memaksimalkan pembelajaran guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Setiap harinya guru membagikan materi dan tugas berupa video, gambar ataupun file ppt secara bergantian. Selain itu guru juga melakukan videocall untuk menerangkan materi perkelompok bergantian setiap harinya. Karena ada tiga kelompok, maka satu kelompok akan mendapatkan jatah videocall group dua kali dalam sepekan.

Langkah yang ditempuh guru ini dilakukan dengan penuh keyakinan, kedisiplinan dan konsistensi, sehingga hasil yang didapat memuaskan. Siswa antusias mengikuti kelas dan materi tersampaikan maksimal. Tidak hanya antusiasme siswa dan materi yang mendapat peningkatan. Guru juga dapat mengontrol karakter anak pada saat kegiatan videocall group.

Pembelajaran yang dilakukan ini dirasa sudah cukup menjadi alasan kenapa penulis mengatakan pendidikan tidak sakit. Selama guru memiliki jiwa pendidik, maka pendidikan akan terus berjalan di manapun, kapanpun, bagaimanapun caranya. Selama keyakinan itu ada pasti ada jalan untuk menghadapi rintangan atau kendala. Pandemi bukan alasan untuk kita berhenti mengajar. Pandemi bukan alasan untuk melakukan pembiaran terhadap siswa. Pandemi adalah sebuah pengungkit untuk kita berkarya memajukan pendidikan. (*/zal)

Guru SDN 1 Kalapacung, Purbalingga


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya