RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran prakarya sangat identik dengan pembelajaran kecakapan hidup atau lifes skills. Mata pelajaran prakarya ini berkesinambungan dengan vokasi atau kejuruan. Memberikan keterampilan kepada peserta didik, dan mengajarkan untuk memperoleh skill, serta berwirausaha.
Dalam pelajaran prakarya lingkup materi pembelajarannya di disesuaikan dengan potensi sekolah dan potensi daerah setempat. Dalam mata pelajaran prakarya ada empat aspek yaitu kerajinan, rekayasa, budidaya dan pengolahan. Untuk itulah guru harus mampu menjadikan mata pelajaran prakarya ini sebagai upaya pengembangan keunggulan lokal di daerah tersebut.
Model pembelajaran, dapat digunakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan sehingga tercipta iklim belajar yang menyenangkan.
Novita D (2015) mengungkapkan pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan kreativitas peserta didik dalam berkarya, serta meningkatkan daya positif bagi peserta didik. Hayati. Abriyanti et al. (2015) menyatakan bahwa penerapan Project Based Learning pada materi prakarya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan model PJBL sudah dilakasanakan di SMP Negeri 6 Salatiga untuk aspek kerajinan pada kelas VII khususnya KD Kerajinan Limbah Lunak. Karena masa pandemi tidak mungkin membawa peserta didik ke sentra sentra kerajinan lokal seperti di Ambarawa yang terkenal dengan sentra kerajinan eceng gondoknya.
Oleh karena itu guru menggunakan materi limbah lunak yang yang banyak ditemukan di lingkungan peserta didik. Pada model PJBL yang digunakan di SMP N6 Salatiga meliputi tiga tahap. Tahap yang pertama peserta didik membuat rencana kerja.Tahap yang kedua meliputi proses pembuatan karya. Tahap yang ketiga meliputi hasil dan evaluasi.
Tahap pertama disebut tahap perencanaan. Pada tahap ini peserta didik membuat rencana kerja dengan urutan yang sudah ditentukan. Urutan pertama adalah identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan berisi alasan peserta didik membuat suatu kerajian. Urutan yang kedua adalah menentukan alat serta bahan bahan yang diperlukan.
Urutan ketiga peserta didik menggambar sketsa kerajinan yang akan dibuat. Urutan ke empat peserta didik membuat rancangan biaya yang mungkin akan dikeluarkan.
Urutan kelima peserta didik mencerikan proses pembuatan karya. Setelah tahap perencanaan selesai peserta didik diminta untuk mengirim ke kelas online dan guru memberikan penilaan.
Untuk pertemuan selanjutnya peserta didik diminta membuat kerajinan yang sudah dibuat rencananya pada pertemuan sebelumnya. Dinuat dalam bentuk video dan dikirim ke kelas online. Pada saat pembuatan video peserta didik diharuskan memakai seragam dan menunjukan kalau peserta didik tersebut benar benar melakukan proses pembuatan.
Tahap ketiga adalah hasil dan evaluasi. Pada tahap ini peserta didik menunjukan hasil karya yang dibuatnya. Guru akan memberikan umpan balik. Umpan balik ini merupakan evaluasi terhadap hasil karya peserta didik agar peserta didik mengetahiu kelemahan hasil karya yang dibuatnya.
Penerapan model PJBL diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik pada mata pelajaran prakarya, sehingga mampu menumbuhkembangkan kreativitas dengan menganalisis berbagai desain karya, mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses pembuatan karya, membuat dan memodifikasi karya dalam konteks kearifan lokal, kreativitas tergantung dengan sumber ide, serta lingkungan dan potensi yang sudah ada di lingkungan.
Mata pelajaran prakarya berbasis budaya diharapkan dapat menumbuhkan nilai “kearifan lokal dan jati diri”, dengan memanfaatkan lingkungan yang ada sebagai sumber belajar sehingga tumbuh semangat kemandirian, kewirausahaan dan sekaligus kesediaan melestarikan lpotensi dan nilai kearifan lokal. (dd2/lis)
Guru SMPN 6 Salatiga