RADARSEMARANG.COM, Saat ini dunia sedang diresahkan dengan penyebaran wabah Corona Virus (Covid-19). Pemerintah Indonesia mengubah sistem pembelajaran secara daring yang dapat dilakukan di rumah masing-masing peserta didik. Keadaan yang seperti ini menuntut guru dan peserta didik menggunakan strategi yang ada untuk menunjang kegiatan pembelajaran secara online.
Dengan pembelajaran online guru hanya menggunakan metode konvensional yaitu dengan memberikan tugas-tugas kepada peserta didik (Lia Titi Prawanti, Woro Sumarni 287). Hasilnya peserta didik lama kelamaan merasa bosan dan tertekan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Belajar dari rumah adalah hal baru yang keluarga di Indonesia apalagi bagi orang tua peserta didik yang memiliki pekerjaan dan mengharuskan untuk berada di luar rumah.
Proses pembelajaran yang awalnya dilakukan secara tatap muka beralih menjadi pembelajaran secara daring supaya proses pembelajaran tetap berjalan. Pembelajaran secara daring ini tentunya masih memiliki kendala karena sebagian besar guru maupun peserta didik belum pernah melakukan pembelajaran secara daring.
Kendala tidak semata-mata dirasakan oleh guru dan peserta didik, orang tua peserta didikpun mengalami kesulitan selama proses pembelajaran daring ini. Kurangnya pengetahuan masyarakat serta perbedaan pengetahuan mengenai kemajuan teknologi menjadikan perbedaan berlangsungnya proses pembelajaran di kalangan masyarakat.
Untuk melakukan pembelajaran daring diperlukan gadged yang mendukung dimana semua peserta maupun orang tua peserta didik belum tentu memiliki gadged. Kalaupun orang tua peserta didik memiliki gadged yang mendukung, belum tentu orang tua peserta didik maupun peserta didik mampu mengakses platform-platform yang menunjang proses pembelajaran yang mana platform-platform itu masih asing karena belum perah mereka gunakan.
Kebanyakan orang tua maupun peserta didik hanya mengetahui aplikasi Whatsapp. Aplikasi whatsapp yang memiliki fitur yang terbatas menjadikan guru hanya memberikan materi berupa video maupun perintah untuk membaca materi di buku materi yang dimiliki oleh peserta didik. Siswa akan merasa jenuh karena pembelajaran hanya menggunakan aplikasi Whatsapp terus menerus.
Pengumpulan tugaspun menggunakan metode konvensional yaitu tugas ditulis di buku kemudian di foto dan dikirimkan ke grup Whatsapp yang menjadikan tidak efisiennya waktu guru untuk mengoreksi tugas dari peserta didik. Sebagai seorang gurupun merasa kesulitan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Pengerjaan tugas yang dilakukan sepenuhnya dirumah membuat peserta didik merasa tugas yang diberikan oleh guru terlalu banyak.
Padahal tugasnya di berikan kepada peserta didik sama bahkan tidak jarang lebih sedikit daripada saat pembelajaran secara tatap muka didalam kelas. Orang tua yang kurang memperhatikan proses belajar peserta didik sehingga memberikan gadged pribadi kepada peserta didik dapat dijadikan ajang untuk mencuri waktu untuk bermain game online alih-alih mengerjakan tugas yang diberikan. Pembelajaran secara daring merubah ujian menjadi hanya mengirimkan video praktek maupun foto yang dilakukan peserta didik yang menjadikan guru kesulitan saat mengoreksi hasil tugas dari peserta didik.
Adanya kendala-kendala tersebut pembelajaran secara daring menjadi pembelajaran menjadi monoton dan kurang menyenangkan karena kurangnya inovasi pada proses pembelajaran dikarenakan peserta didik maupun orang tua peserta didik kurang melek teknologi sehingga tidak paham cara mengakses dan penggunaan platform-platform yang menunjang proses pembelajaran.
Permasalah tersebut diantaranya kurangnya pengetahuan tentang teknologi informasi oleh siswa mapun orang tua siswa, pembelajaran menjadi membosankan dan penilaian pembelajaran yang seharusnya bisa dilakukan secara langsung jadi tidak bisa dilakukan. Pembelajaran jadi kurang efektif karena adanya hambatan-hambatan tersebut. (rs1/ton)
Guru SD Negeri Pretek 01