RADARSEMARANG.COM, Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan selama kurang lebih 2 tahun telah menimbulkan dampak yang luar biasa pada seluruh sendi kehidupan masyarakat tak terkecuali pendidikan. Guru dan siswa mengalami semacam ‘PBM leg’ di mana terjadi banyak kejutan yang cukup meresahkan selama Proses Belajar Mengajar (PBM) yang tidak dialami pada masa normal, salah satunya adalah menurunnya motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar adalah salah satu komponen terpenting dalam proses pembelajaran, yaitu kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang dapat ditingkatkan atau dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan, memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pribadi (McCombs, 1991).
Berkurangnya atau bahkan tidak adanya pembelajaran tatap muka (tapka) yang diganti dengan pembelajaran jarak jauh baik daring maupun luring menyebabkan tingginya tingkat kejenuhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Beban tugas yang berat dan kurangnya variasi pembelajaran yang disajikan oleh guru merupakan faktor pemicu utama menurunnya motivasi siswa tersebut.
Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta penugasan yang variatif dan tidak monoton akan membuat siswa tidak merasa bosan dan tertantang untuk mengikuti pembelajaran di rumah. Guru seharusnya memfasilitasi siswa dengan pembelajaran kontekstual yang menumbuhkan motivasi dalam mengikuti pembelajaran masa pandemi dari rumah.
Penugasan berbasis proyek berbasis lingkungan merupakan salah satu model penugasan yang menarik, kontekstual, dan melatih keterampilan abad 21 siswa (berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif). Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning/PjBL) senagai pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok. Beberapa guru mata pelajaran dapat bekerjasama dalam mendesain satu penugasan proyek berbasis lingkungan yang mengakomodir beberapa mata pelajaran.
Sebagai contoh implementasi penugasan proyek berbasis lingkungan yang kontekstual adalah dengan mengangkat topik Pandemi Covid-19 pada mata pelajaran IPS, Bahasa Indonesia, dan TIK. Keempat guru mata pelajaran tersebut duduk bersama untuk merumuskan sebuah Lesson Plan pembelajaran daring kolaboratif yang akan menentukan 1 tagihan penilaian penugasan proyek.
Tinjauan materi pada mata pelajaran IPS kelas IX Semester 1 adalah Perubahan Sosial Budaya dan globalisasi. Dengan mengambil topik Dampak Pandemi Covid-19 bagi perubahan sosial budaya masyarakat disekitar tempat tinggal siswa selanjutnya dikemas dalam satu penugasan bersama dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu membuat teks diskusi terkait tema dalam mata pelajaran IPS tersebut dan mata pelajaran TIK yaitu membuat video wawancara daring melalui video call (whatsapp) dengan narasumber terkait topik (tokoh masyarakat, pelaku ekonomi seperti pedagang di pasar, ibu rumah tangga, dan pihak terkait di sekitar tempat tinggal siswa yang dapat menjadi nara sumber).
Assesmen pada penugasan proyek berbasis lingkungan sebagai kolaborasi 3 mapel pada mapel IPS adalah wawancara daring melalui whatsapp dengan nara sumber terkait topik, teks Diskusi dari hasil wawancara (Bahasa Indonesia), dan pemanfaatan teknologi video call whatsapp dan produk video (TIK).
Melalui implementasi penugasan proyek berbasis lingkungan kolaborasi 3 mapel tersebut akan mengurangi beban siswa dalam mengerjakan tugas karena dalam satu penugasan siswa akan mendapat 3 nilai sekaligus untuk 3 mata pelajaran tersebut. Tentu saja siswa tidak akan merasa bosan karena aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi tugas sangat menarik dan menantang, bukan sekadar membaca referensi dan mengerjakan latihan soal. (dd1/ton)
Guru IPS di SMP Negeri 2 Salatiga