RADARSEMARANG.COM, Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat ditambah kondisi pandemi yang mengharuskan pembelajaran dari rumah, saat ini sangat memungkinkan untuk dilaksanakan pembelajaran kolaboratif. Kolaborasi sesungguhnya merupakan kebutuhan manusia.
Secara alamiah manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, bekerja sama, dan saling bantu membantu antarsesama. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran, kolaborasi merupakan suatu keniscayaan. Pada kegiatan belajar konvensional, kolaborasi biasanya dilakukan antarsiswa atau guru dalam satu sekolah atau dalam satu kelas yang sama.
Namun dengan tersedianya jaringan komunikasi internet, kolaborasi sangat mungkin dilakukan antarsekolah, antarwilayah, bahkan melampuai batas negara.
Kebutuhan kolaborasi, tentu saja bukan hanya buat siswa, tapi juga untuk guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Bahkan hampir seluruh profesi saat ini tidak bisa bekerja sendirian, sebagaimana ditulis Purwanto (2015) bahwa pada era informasi, berkembang budaya kerja baru yang berbeda dengan era industri. Jika pada era industri pekerja dituntut memiliki spesialisasi dan sertifikasi, maka di era informasi, pekerja dituntut mampu berkolaborasi dan bekerja sama dalam suatu tim untuk menghasilkan produk atau pelayanan.
Salah satu hikmah besar dibalik musibah pandemi Covid-19 dalam dunia pendidikan adalah kita telah “dipaksa” untuk menggunakan TIK untuk pembelajaran. Pembelajaran berbasis TIK di era pandemi menunjukkan dinamika yang luar biasa. Pada satu sisi hal tersebut merupakan berkah, pencapaian yang luar biasa dibanding upaya sosialisasi pemanfaatan TIK yang sudah dilaksanakan bertahun tahun.
Di sisi lain, bagi para guru, siswa, serta stakeholder pendidikan lainnya, pengalaman belajar dari rumah (BDR), telah memberikan pengalaman yang beragam yang memperkaya khasanah teori dan praktik pembelajaran dengan TIK. Hal tersebut merupakan suatu kekuatan yang dahsyat apabila bisa disinergikan.
Pembelajaran secara kolaboratif memungkinkan banyak memberikan nilai tambah, baik bagi siswa maupun bagi guru. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : siswa mendapatkan pengalaman bekerja sama bukan hanya dengan sesama teman sekelasnya, namun dengan siswa lain yang sebelumnya belum mereka kenal. Dalam pembelajaran kolaborasi, interaksi antar siswa yang baru mereka kenal menjadi terarah karena mengikuti program yang sudah direncanakan oleh guru. Kegiatan yang bersifat kolaboratif biasanya akan mendorong motivasi dan semangat kompetitif dalam arti positif bagi siswa.
Siswa juga mendapatkan sumber belajar yang banyak dari guru selain guru sekolahnya sendiri yang selama ini mereka kenal. Di samping keuntungan-keuntungan tersebut, tentu masih banyak nilai lebih lainnya, baik yang langsung maupun yang tidak langsung.
Pelaksanaan pembelajaran kolaboratif di kelas II sekolah dasar sangat diperlukan, terlebih dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Siswa lebih banyak berada di rumah bersama orang tua dan anggota keluarganya. Sedangkan kemampuan siswa kelas II dalam hal membaca, menulis dan memahami materi pembelajaran masih membutuhkan bimbingan dari gurunya. Sementara dengan PJJ guru tidak bisa hadir di hadapan siswa secara langsung, maka peran pembimbingan siswa di rumah lebih banyak dilakukan oleh orang tua dan anggota keluarga lain.
Siswa akan semangat dalam belajar atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya tepat waktu jika siswa tersebut mendapatkan bimbingan, motivasi, serta dukungan dari orang tua dan anggota keluarganya. Di sinilah peran orang tua dan keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran dengan sistem PJJ. Maka keberhasilan pembelajaran akan tercapai apabila ada kerja sama atau kolaborasi antara siswa, guru, dan orang tua atau anggota keluarga. (unw1/lis)
Guru Kelas II SDN 2 Pandes, Cepiring, Kabupaten Kendal