RADARSEMARANG.COM, Perkembangan kehidupan manusia di zaman ini, ditandai dengan proses globalisasi secara terus menerus. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi informasi telah membawa dampak yang luas di kehidupan masyarakat.
Salah satu terjadi perubahan tingkah laku, perangai, tabiat atau karakter individu, dan masyarakat. Kurangnya pendidikan akhlak akan menimbulkan krisis moral berakibat perilaku negatif di masyarakat. Seperti sombong, arogan, tidak punya malu, tidak jujur, tidak toleran, sampai pada pergaulan bebas, penyalahgunaan obat terlarang, kekerasan,dan mau menangnya sendiri.
Melihat kenyataan seperti itu maka pendidikan akhlak bagi anak sangat penting diberikan sejak usia dini. Bahkan sejak dalam kandungan, sampai ia dewasa. Hanya saja tidak semua orang tua menyadari akan hal itu, apalagi orang tua sangat sibuk mencari nafkah sehingga merasa tidak cukup waktu untuk mendidik, akhirnya diserahkan ke sekolah/madrasah.
Menurut Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlak, secara etimologi akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekeri, perangai, tingkah laku atau tabiat. Seakar dengan kata khalik yang berarti pencipta, makhluk (yang diciptakan). Menurut Yunahar Ilyas ruang lingkup pembahasan akhlak meliputi 6 hal, yaitu akhlak terhadap Allah SWT (takwa, cinta dan ridho, ikhlas, khauf dan raja, tawakkal, syukur, muraqabah, taubat).
Akhlak terhadap Rosululloh SAW (mencintai dan menuliskan, mengikuti dan menaati, mengucapkan salawat dan salam), akhlak pribadi (shidiq, amanah, istiqomah, iffah, mujahadah, syaja’ah, tawadhu, malu, sabar dan pemaaf). Akhlak dalam keluarga (birrul walidain, hak kewajiban dan kasih sayang suami istri, kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, silaturrahim dengan karib kerabat). Akhlak bermasyarakat (bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan tetangga, hak baik dengan masyarakat, pergaulan muda mudi dan ukhuwah islamiyah) akhlak bernegara (musyawarah, menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi munkar, hubungan pemimpin dan yang dipimpin).
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak mencakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khalik (Tuhan) dangan perilaku makhluk (manusia).
Mengingat, pentingnya pendidikan akhlak tersebut, sudah sepantasnya mendapatkan porsi yang cukup dan strategis dibanding mata pelajaran agama atau umum lainnya. Hal ini sesuai karena madrasah adalah lembaga pendidikan Islam. Seperti pada madrasah pendidikan mata pelajaran akhlak di MAN 2 Bantul 2 jam pelajaran per minggu. Namun secara umum pendidikan akhlak diberikan semua mata pelajaran.
Pendidikan akhlak di madrasah menjadi program unggulan karena sebagai lembaga pendidikan Islam sudah sepantasnya melahirkan lulusan yang memiliki keunggulan akhlak. Peserta didik yang memiliki akhlakul karimah insya Allah dia cerdas, iman kuat, terampil, dan takwa. Anak didik yang berakhlak baik juga memiliki karakter yang baik pula. Dengan kata lain kalau pendidikan akhlak berhasil berarti akan melahirkan generasi yang berkarakter utuk kemajuan bangsa.
Melihat pembahasan akhlak yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan betapa pentingnya pendidikan akhlak bagi anak serta remaja, maka perlu memotivasi dan menyiapkan kurikulum yang komprehensif bagi madrasah agar pendidikan akhlak dapat berhasil seperti yang dicita-citakan sesuai risalah dakwa Rosulullah SAW.
Kesimpulan madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam sudah sepantasnya memberikan perhatian yang cukup bagi keberhasilan pendidikan akhlak. Dengan keyakinan bahwa hal itu akan dapat membawa keberhasilan pendidikan pada umumnya. Untuk dapat mencapai hal tersebut, perlu disiapkan sumber daya (guru-guru) yang dapat memahami dan bisa menjadi teladan akhlaknya, serta sarana prasarana pendukung lainnya. (ipa2/lis)
Guru MAN 2 Bantul Yogyakarta