RADARSEMARANG.COM, Salah satu bidang ilmu yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Pelajaran matematika diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas.
Namun matematika terkadang dianggap sulit dan tidak menyenangkan sehingga hasil belajar menjadi kurang baik. Beberapa penyebab rendahnya hasil belajar tersebut, di antaranya penyampaian materi kurang menarik dan menyenangkan, peserta didik kurang memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru. Kurang percaya diri, malas mengerjakan tugas, malas membaca soal, dan sebagainya. Kurangnya minat baca terhadap mata pelajaran matematika, menjadi salah satu akar masalah yang muncul.
Dalam proses pembelajaran matematika, literasi merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Literasi matematika memiliki peran penting dalam membantu siswa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penerapan matematika dalam kehidupan.
Penggunaan metode pembelajaran yang dipilih guru merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu metode yang dapat dipakai oleh guru adalah model discovery learning. Pembelajaran dengan model discovery learning berbeda dengan model pembelajaran yang lain yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning menekankan pada ditentukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Salah satu materi matematika di jenjang SMK adalah kalkulus yang disampaikan kepada siswa pada bab limit fungsi di kelas XII. Konsep-konsep pada kalkulus yang diawali dengan limit fungsi ini yang nantinya akan digunakan untuk dasar materi kalkulus lain yaitu turunan dan integral. Berdasarkan hasil observasi pada kelas XII jurusan otomotif di SMK Negeri 1 Tengaran ditemukan kesulitan pada materi ini salah satunya yaitu peserta didik mengalami kesulitan untuk memilih cara mana yang sesuai untuk menyelesaikan soal-soal karena belum bisa mencermati bentuk soalnya. Hal ini disebabkan kurangnya literasi matematika. Peserta didik belum dapat merumuskan masalah yang diberikan oleh guru karena kurangnya minat baca.
Metode discovery learning plus literasi, diawali dengan membagi peserta didik dalam kelompok, terdiri dari 5-6 peserta dan kelompok heterogen. Kemudian diberikan lembar kerja untuk di diskusikan. Lembar kerja ini berisi soal pemecahan masalah, agar peserta didik menggunakan kemampuan literasinya.
Selama proses diskusi, guru membimbing dan mengarahkan. Setelah diskusi selesai, guru memanggil peserta didik secara acak dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya didepan kelas dan siswa lain memberikan tanggapan terkait hasil diskusi.
Setelah itu, guru menyimpulkan hasil dari kegiatan pembelajaran dan merefleksikan apa saja yang sudah dipelajari dalam pembelajaran. Hasil kerja peserta didik kemudian di analisis dan menunjukkan peserta didik mampu meningkatkan literasi matematika, hal ini ditunjukkan dari peserta didik dapat menuliskan variabel yang diketahui dari soal yang diberikan, peserta didik dapat menuliskan model matematika untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan dan pada akhirnya dapat mengevaluasi solusi dalam pemecahan masalah yaitu dapat menuliskan kesimpulan.
Discovery learning plus literasi akhirnya menjadi penyelesaian yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik dalam belajar limit fungsi. Jika peserta didik senang dalam pembelajaran, maka motivasi belajar meningkat dan akhirnya hasil belajar pun meningkat. (agu1/lis)
Guru Matematika SMKN 1 Tengaran, Kabupaten Semarang