RADARSEMARANG.COM, Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak akan mampu hidup sendiri dan akan selalu berhubungan dengan orang –orang di sekitarnya. Untuk itu manusia dituntut untuk memiliki satu kemampuan yang sangat penting, yaitu kemampuan berkomunikasi. Salah satu sarana komunikasi yang biasa dilakukan manusia adalah melalui bahasa lisan atau berbicara.
Namun kenyataannya, dalam kehidupan sehari- hari masih banyak orang yang belum memiliki kemampuan menyampaikan pendapat dengan baik sebagaimana yang terjadi pada siswa kelas V SD Negeri 02 Mulyoharjo Pemalang. Kemampuan menyampaikan pendapat pada proses pembelajaran siswa kelas V SD Negeri 02 Mulyoharjo masih tergolong rendah, hal ini dapat diukur dari cara penyampaian pendapat yang masih terpotong – potong, tersendat – sendat, dan rangkaian yang masih acak – acakan. Penyebab utama dari permasalahan tersebut adalah penggunaan metode pembelajaran yang monoton dari guru, yaitu ceramah. Metode ini hanya menekankan keaktifan guru, sedang siswa hanya mendengar dan mencatat apa yang diterangkan guru. Dari situlah perlu dilakukan upaya serius untuk mengatasi masalah ini, salah satunya dengan menggunakan metode talking stick.
Mengemukakan pendapat merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara, keterampilan tersebut berhubungan dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang dalam berbahasa, semakin cerah dan jelas pikirannya (Tarigan, 1984 : 1). Penggunaan metode talking stick ini merupakan metode yang sangat cocok diterapkan guru untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat pada siswa kelas V SD Negeri 02 Mulyoharjo. Penulis melakukan pembelajaran dengan menggunakan Talking Stick pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar “Mengomentari persoalan faktual disertai alasan, saran/pendapat yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa” kelas V SD Negeri 02 Mulyoharjo semester 2.
Langkah-langkah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model Talking Stick sebagai berikut: Pertama, guru mempersiapkan tongkat; edua, guru menyampaikan materi yang akan di pelajari; Ketiga, siswa membentuk kelompok, masing–masing kelompok di beri kesempatan untuk membaca materi yang telah disampaikan; Keempat, setelah membaca setiap kelompok melaksanakan diskusi untuk membahas permasalahan atau sebuah wacana yang diberikan; Kelima, guru menginstruksikan siswa untuk menutup buku; Keenam, guru mengambil sebuah tongkat diberikan kepada salah seorang siswa, setelah itu tongkat berjalan seperti ular dari siswa satu ke siswa lain dengan diiringi lagu. Apabila guru bilang stop lagu berhenti tongkat juga berhenti, siswa yang pegang tongkat itulah yang harus mengajukan pendapat atau mengemukakan pendapat yang diberikan guru. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat pertanyaan; Ketujuh, guru bersama siswa membuat kesimpulan; kedelapan guru melaksanakan kegiatan penilaian.
Setelah pembelajaran dengan metode talking stick selesai, dilakukan evaluasi kemudian penilaian dianalisa ternyata cukup berhasil untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa terhadap muatan pelajaran Bahasa Indonesia khususnya kompetensi kemampuan mengemukakan pendapat. Terbukti dari kondisi awal pembelajaran dengan model dan metode ceramah, aktifitas belajar rendah, siswa cenderung pasif , kurang respon dan hasil belajar rata – rata nilai ulangan harian rendah, setelah diubah dengan metode talking stick mengalami perubahan yang signifikan yaitu tingkat keaktifan siswa dan rata –rata nilai siswa menjadi lebih tinggi dan lebih banyak siswa yang mencapai ketuntasan. (ag1/ton)
Guru SDN 02 Mulyoharjo, Pemalang.