RADARSEMARANG.COM, Pendidikan era revolusi industri 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan revolusi industri dengan penyesuaian kurikulum baru sesuai situasi saat ini. Kurikulum tersebut membuka jendela dunia melalui genggaman contohnya memanfaatkan internet of things (IOT) (S. Gugah Asih T, 2020). Dari awal pandemi sampai sekarang, telah mendorong kemajuan yang sangat pesat.
Bagaimana inovasi dapat terbentuk dan menjadi kenyataan salah satunya adalah karena adanya tekanan, keterpaksaan dan akhirnya menjadi kebiasaan. Pendidikan mengharuskan pembelajaran dari rumah atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan cara luring (luar jaringan) maupun daring (dalam jaringan). PJJ berdasarkan UU No 12 Tahun 2012 merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi (kemendikbud.go.id, 2020).
Di SMK Negeri 1 Ngablak pembelajaran luring kendalanya terletak di jarak tempuh peserta didik dengan sekolah. Ketika harus menggunakan modul atau penugasan dan kunjungan kepada peserta didik, tidak efektif dari sisi pelaksanaan dan tidak efisien dari sisi waktu. Untuk mengantisipasi hal tersebut agar pembelajaran dapat terpantau, dalam pembelajaran produktif dibuat jadwal secara kelompok dan berkala peserta didik didatangkan ke sekolah untuk pembelajaran produktif ATPH.
Pelaksanaan pembelajaran daring, kendalanya bermacam-macam. Keterbatasan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan e-learning; menggunakan aplikasi teknologi informasi, penguasaan penggunaan fasilitas handphone atau laptop. Peserta didik terbatas kemampuannya untuk belajar mandiri di rumah dan tidak tersedianya jaringan internet yang memadai.
Sejak pertengahan Maret 2020, dengan berlakukan pelaksanaan PBM dengan cara BDR (belajar dari rumah), terjadilah perubahan yang luar biasa. Semua satuan pendidikan berkoordinasi dengan guru dan tenaga kependidikan untuk menyukseskan metode belajar dari rumah, dengan luring atau daring. SMK Negeri 1 Ngablak menerapkan keduanya. Mengombinasikan keduanya atau istilahnya blended learning. Blended learning adalah pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Blended learning juga merupakan sebuah kombinasi pengajaran langsung (face to face dan pengajaran online dan juga sebagai elemen dari interaksi sosial (Sevima.co.id, 2018).
Di SMKN 1 Ngablak, guru menggunakan banyak media WhatsApp, Microsoft Office 365,dan Google Classroom. Semua dilakukan untuk memenuhi target pembelajaran dan disiapkan sesuai kemampuan. Selama sekitar 12 bulan peserta didik dapat belajar walaupun dari sisi ketuntasan tidak terpenuhi. Hal tersebut sangat dipahami karena ada banyak faktor yang mengakibatkan pembelajaran tidak memenuhi standar ketuntasan.
Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan kualitas pembelajaran karena PJJ masih berlangsung. Salah satu upaya yang dilakukan melakukan penyederhaan silabus semua mata pelajaran. Dalam penyederhanaan mengacu pada kompetensi yang dapat meningkatkan ketrampilan peserta didik. Selain itu juga penilaian peserta didik melalui RAPORT (real activity passport), yaitu guru memberikan penilaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan foto kegiatan yang bernilai positif yang dilakukan di rumah mencakup bidang apa saja. Kemudian foto tersebut dikirim ke wali kelas atau guru mata pelajaran.
Ada nilai positif dari pembelajaran daring tersebut. Setiap hari sesuai jam mengajar, guru menyapa dan memberikan materi kepada peserta didik melalui WAG atau GC. PJJ juga memberikan pendidikan karakter pada peserta didik. Untuk menumbuhkan karakter religius, guru dalam penyampaian materi pembelajaran selalu diawal dengan salam dan doa awal pembelajaran. Karakter disiplin diberikan dengan berkomunikasi secara sopan, menyelesaikan tugas dan pekerjaan tepat waktu. Menumbuhkan karakter gotong-royong, dengan mengajak diskusi melalui WAG.
Dalam proses pendidikan, ada pembelajaran yang sebagian tidak dapat diwakili dengan cara daring dan kemajuan teknologi. Tapi harus dilakukan dengan cara tatap muka dan komunikasi langsung. Pendekatan psikologis dan sosial, serta sentuhan emosi antara guru dan peserta didik saat belajar tatap muka menjadi salah satu faktor keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Kombinasi PJJ dan tatap muka tetap dapat berjalan beriringan, sejalan dengan kemajuan teknologi dan revolusi industri 4.0. (pm1/lis)
Guru Produktif ATPH SMKN 1 Ngablak, Kabupaten Magelang