RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN merupakan sebuah upaya dalam mamahami pembelajaran agar dapat mengembangkan potensi dan membangun tindak-tanduk perilaku seseorang menjadi lebih baik. Dalam hal ini, proses mendidik dan dididik adalah pekerjaan utama yang dilaksanakan oleh guru dan murid. Tugas guru tidak hanya berperan sebagai seseorang yang mentransfer ilmu pengetahuan. Akan tetapi, guru sebagai pendidik juga memiliki tugas dalam membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang mencakup moral, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, dan lain sebagainya. Sedangkan murid memiliki peran sebaliknya. Yaitu mengimplementasikan apa yang diperoleh dari proses pembelajaran tersebut dalam rangka menyiapkan masa depan agar mempunyai kehidupan yang lebih baik serta berguna bagi lingkungan sekitarnya.
Ketika pandemi Covid-19 belum juga berakhir, proses pembelajaran yang semula dapat dilangsungkan secara tatap muka, menjadi daring atau dalam jaringan. Siswa dan guru berada di tempatnya masing-masing dan terhubung melalui media secara online.
Tugas-tugas yang diberikan oleh guru di dalam kelas. Namun permasalahannya, dengan model pembelajaran yang tidak memungkinkan guru melakukan penilaian selain dari kehadiran dan tugas, membuat sumber dan acuan penilaian menjadi semakin terbatas. Sebab ketika dapat bertemu di sekolah, hal-hal lain seperti kerajinan, kedisiplinan, kepatuhan, dan sikap yang anak-anak perbuat di sekolah, baik terhadap guru maupun teman-temannya, dapat menjadi tambahan penilaian yang cukup signifikan.
Sementara yang terjadi sampai sejauh ini, setelah sudah lebih dari satu tahun pembelajaran jarak jauh berjalan, banyak anak-anak belum mempunyai kesadaran dan pemahaman akan hal itu. Di hampir setiap sekolah termasuk di SMA N 1 Sedayu Bantul, selalu saja kita temui siswa-siswi yang tidak rajin mengerjakan tugas dari guru. Guru BK SMA N 1 Sedayu bekerja sama dengan wali kelas dan guru mata pelajaran, kemudian mencoba mencari jalan keluar. Dari hasil identifikasi masalah yang dilakukan, sebenarnya ada satu masalah yang mendasar. Yaitu ketersediaan sarana berupa smartphone berikut kuotanya. Namun hal ini hanya dialami oleh sebagian kecil saja. Bagi beberapa anak yang memang dinilai benar-benar kurang mampu, diberikan bantuan langsung berupa alat yang dibutuhkan, atau mereka diminta luring. Luar jaringan.
SMAN 1 Sedayu memfasilitasi anak yang kurang mampu dengan menyuruh siswa datang ke sekolah kemudian mengikuti pembelajaran menggunakan perangkat dan fasilitas berupa komputer yang ada. Jadi, untuk masalah semacam ini kita anggap saja sudah klir. Aman.
Hanya saja yang sampai saat ini masih menjadi masalah adalah anak-anak yang sebenarnya di rumah memiliki fasilitas yang memadai, namun tetap tidak mau mengerjakan. Padahal tentu saja bapak-ibu guru di sekolah sudah sering-sering mengingatkan. Tugas guru di sekolah juga menjadi bertambah, sebab spesial bagi anak-anak yang seperti itu, mereka perlu menyisihkan waktu tersendiri dan menambah energi untuk harus menagih satu per satu anak dengan japri ataupun telepon langsung.
Namun mereka seakan bebal. Sehingga membuat tugas yang apabila dikerjakan dengan semestinya tidak begitu memberatkan, namun karena mereka tunda-tunda, membuat semakin banyak dan menumpuk. Mirisnya, untuk mengejarnya kemudian anak-anak tersebut mengambil jalan pintas dengan menyalin atau copy-paste jawaban milik temannya. Yang penting cepat. Tugas rampung. Padahal ketika berada di sekolah, hal-hal semacam itu dapat diminimalisir adanya.
Kalau sudah begitu, di masa pandemi yang entah kapan akan berakhir ini, harapan adanya proses dan hasil pendidikan yang baik harus kita tahan. Sabar, sabar, sabar, dan jangan sampai lepas. Tarik ulur saja layaknya sedang asik bermain layang-layang.
Kepada bapak ibu guru yang membaca ini, terus saja membuat materi, mengajar, menagih tugas, ulang lagi. Membuat materi, mengajar, menagih tugas, ulang lagi. Sambi terus berdoa semoga kelak mereka tersadar. Sebab kata orang, doa guru kepada murid adalah satu doa yang makbul. Bismillah. (*/zal)
Guru SMAN 1 Sedayu Bantul.