RADARSEMARANG.COM, PADA prinsipnya proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalui aktifitas, praktik, dan pengalaman. Menurut Melvin L. Silberman, belajar bukan merupakan sekedar konsekuensi otomatis berupa penyampaian informasi dari pemberi informasi ke kepala penerima informasi yaitu seorang peserta didik. Tetapi belajar membutuhkan keterlibatan mental spiritual dan tindakan belajar itu sendiri.
Pembelajaran aktif hanya bisa terjadi bila ada partisipasi aktif peserta didik. Pembelajaran dimaksud membutuhkan peran serta aktif peserta didik. Kondisi demikian tidak akan terjadi bilamana guru tidak berusaha aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, dengan cara untuk melakukan proses pembelajaran yag memicu dan melibatkan peran serta aktif peserta didik agar mengarah pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Hisyam Zaini dkk. mengemukakan bahwa, pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif, ketika peserta didik dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dan materi yang dipelajari, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum.
Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima informasi dari guru, pembelajaran akan terasa monoton dan ada kecenderungan siswa cepat melupakan informasi berupa materi apa yang telah diterima. Untuk menyikapi hal demikian seorang guru perlu membuat kreasi dengan memilih metode yang cukup sederhana tetapi mudah untuk dilaksanakan di kelas rendah.
Pembelajaran akan semakin bermakna apabila didukung faktor dari dalam diri siswa yang merasa senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Maka guru perlu memilih strategi yang dapat membuat suasana belajar tidak membosankan. Secara umum manusia baik dewasa maupun anak-anak akan cenderung menyukai lagu-lagu atau nyanyian. Dengan bukti bahwa beberapa lagu yang popular sangat dihafal dengan baik oleh anak kecil. Padahal mereka tidak pernah secara sengaja menghafalkan.
Berawal dari pengalaman tersebut, pembelajaran yang menyenangkan menjadi tantangan bagi guru untuk mewujudkannya. Walaupun menciptakan kelas yang menyenangkan memang tidak mudah. Hal ini seperti yang penulis alami di SD Negeri 01 Linggo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Banyak siswa kelas satu yang kurang bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan cenderung bermain sendiri ketika diajarkan materi di dalam kelas. Atas dasar itulah penulis memilih menggunakan metode “TUBA NYAPA” ( Tulis, Baca, Nyanyikan dan Pahami).
Prinsip dasar dalam pembelajaran “Tuba Nyapa” (Tulis, Baca, Nyanyikan dan Pahami) adalah melaksanakan pembelajaran dengan menyuguhkan materi yang disampaikan dalam bentuk lagu. Yaitu dengan memilih jenis lagu yang sesuai untuk digubah disesuaikan dengan materi agar cukup mudah dihafal siswa.
Materi pembelajaran Dua Kalimat Syahadat di kelas I pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Budi Pekerti memiliki kompetensi dasar pada ranah pengetahuan menerima dan mengakui makna dua kalimah syahadat dengan indikator pencapaiannya siswa mampu mengartikan dua kalimah syahadat. Pada ranah keterampilan siswa mampu melafalkan dua kalimah syahadat.
Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan model pembelajaran “Tuba Nyapa” pada materi Dua Kalimah Syahadat di kelas I SD Negeri 1 Linggo adalah sebagai berikut : pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Kedua, guru memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting karena dari sini guru dapat menciptkan momentum permulaan pembelajaran.
Ketiga, guru menuliskan (TU-lis) materi yang sudah disesuaikan dengan lagu yang sudah digubah. Sambil menyediakan gambar-gambar yang dapat mendukung tentang Dua Kalimah Syahadat misalnya gambar kaligrafi. Adapun materi gubahan lagu tersebut adalah sebagai berikut : Syahadat, ada dua macam. Syahadat tauhid dan syahadat rosul. Syahadat tauhid itu, kesaksian kita, bahwa tiada tuhan selain Allah. Syahadat, rosul kesaksian kita, nabi Muhammad itu utusan Allah, Syahadat Tauhid dan Syahadat rosul, keduanya, syahadatain. Adapun langkah selanjutnya yang keempat, Guru mengajak siswa untuk membaca( BA-ca) dengan membaca per-kata dalam satu kalimat bergantian dengan kelompok dalam satu baris, dilanjutkan kalimat seterusnya.
Kelima, Guru menyanyikan( NYA-nyikan) materi perkalimat dan diikuti siswa untuk satu bait/penggalan pertama. Kemudian diikuti dengan menyanyikan lagu perkalimat pada bait/penggalan kedua dan seterusnya. Setelah dianggap cukup guru bersama siswa menyanyikan seluruh bait dalam gubahan lagu tersebut. Keenam, untuk mengetahui sejauh mana lagu tersebut dapat dihafal siswa, guru menyanyikan sepenggal kemudian berhenti agar dilanjutkan siswa. Di sela-sela lagu, guru perlu menanyakan lafal dan arti dari Dua Kalimat Syahadat. Tehnik ini sekaligus menguji tingkat pemahaman siswa (PA-hami) sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Terakhir guru menyampaikan kesimpulan.
Setelah menerapkan metode “Tuba Nyapa” ( Tulis, Baca, Nyanyikan dan Pahami) pada materi ini pembelajaran materi Dua Kalimaht Syahadat cukup memberi manfaat yaitu materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pmbelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan menyampaikan materi secara singkat lebih dahulu. (*/zal)
Guru PAI SDN 01 Linggo