28 C
Semarang
Kamis, 7 Desember 2023

Efektivitas Pembelajaran Matematika melaluli Pendekatan PMRI

Oleh: Kun Murtiastuti, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, BERDASARKAN hasil laporan pada tahun 2013, Nurfuadah (2013), menyatakan bahwa literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Salah satu alasan yang diungkapkan adalah karena kurikulum pendidikan matematika di Indonesia belum menekankan pada pemecahan masalah, melainkan pada hal-hal prosedural. Terdapat beberapa sebab rendahnya mutu pendidikan matematika di Indonesia, diantaranya terkait kualitas pendekatan pembelajaran yang tidak tepat. Pada umumnya pendekatan pembelajaran yang digunakan guru cenderung monoton. Beberapa hal yang menjadi ciri praktek pendidikan di Indonesia selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (Sari & Nurhidayah, 2014).

Sejak akhir tahun 1990-an, sekitar tahun 1998, dunia pendidikan matematika Indonesia mulai mengenal suatu inovasi khusus dalam pembelajaran matematika yang dinamakan dengan Realistic Mathematics Education (RME) yang berasal dari negeri Belanda (Sembiring, Hoogland, & Dolk, 2010). Pendekatan ini dicetuskan oleh Profesor Hans Freudenthal, seorang ahli pendidikan matematika Belanda. Filosofi dasar RME adalah pandangan dari Freudenthal yang menyatakan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia (Gravemeijer, dalam Tirosh & Wood, 2008). Matematika sebagai aktivitas manusia maksudnya, manusia harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika.

Dalam konteks Indonesia ada PMRI ( Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) yang diadaptasi dari pendekatan RME (Realistic Mathematics Education). RME merupakan teori pembelajaran matematika yang dikembangkan di Belanda. Matematika realistik merupakan model pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa matematika adalah aktivitas menusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang nyata (Susanto, 2016).

PMRI menggunakan prinsip-prinsip RME, untuk itu karakteristik RME ada dalam PMRI. Ada tiga prinsip kunci RME menurut Gravemeijer (Supinah, 2008) yakni : Guided Re-invention atau menemukan kembali secara seimbang, Didactical Phenomenology atau fenomena didaktik, Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa.

Kelebihan pendekatan realistik adalah sebagai berikut. Pembelajaran matematika realistik (PMRI) memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa : adanya keterkaitan antar matematika dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia, matematika adalah suatu bidang kajian yang dikontruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut, cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak harus sama antara orang yang satu dengan orang yang lain, dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama, dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematikan, dengan bantuan pihak lain yang lebih tahu (misalnya guru).

Karakteristik PMRI sama dengan karakteristik RME, hanya saja ditambah dengan penggunaan karakteristik alam dan budaya Indonesia, sehingga dalam memahami konsep siswa menjadi lebih mudah karena konteksnya dekat dengan kehidupan mereka. Berbagai penelitian mengenai efektivitas pembelajaran matematika melalui pendekatan PMRI telah banyak dilakukan oleh akademisi. PMRI terbukti efektif dapat meningkatkan motivasi belajar matematika, kemampuan penyelesaian soal cerita, kemampuan pemecahan masalah matematika, dan komunikasi matematis peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka pendekatan PMRI cukup efektif dalam pembelajaran matematika peserta didik. Seperti yang diterapkan di SMAN 2 Salatiga. (ipa1/zal)

Guru Matematika SMAN 2 Salatiga


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya