RADARSEMARANG.COM, RENDAHNYA hasil belajar siswa menunjukkan adanya indikasi rendahnya minat dan motivasi belajar dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa siswa kurang memiliki minat dan motivasi untuk belajar, tentu guru perlu merefleksi diri agar dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan menawarkan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model dan strategi pembelajaran dapat dijadikan indikasi profesionalitas guru. Pada prakteknya, guru dalam melaksanakan proses pembelajaran masih menggunakan model konvensional dan lama,yaitu ceramah, membaca, mencatat, dikte dan model lain. Model yang konvensional dan monoton justru akan membuat siswa cepat bosan dan mudah jenuh sehingga pelajaran tidak disukai siswa. Siswa lebih cenderung menyukai pembelajaran yang disajikan guru menggunakan model atau strategi yang membuat kelas menjadi hidup.
Guru harus pintar menerapkan model pembelajaran yang membuat siswa menyukai proses pembelajarannya dan memacu siswa untuk terlibat secara aktif. Model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan salah satu solusi mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, dan memahami materi secara mendalam.
Sugiyanto (2010: 37) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Senada dengan definisi tersebut, Suprijono (2009: 54) menjabarkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam meyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Think Pairs Share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran yang menerapkan prinsip pembelajaran kooperatif, karena melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran.
Trianto (2010:81) menguatkan pendapat tentang model pembelajaran dan menjelaskan bahwa Think Pairs Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Suyatno (2009: 54) menambah dengan mengatakan bahwa Think Pairs Share adalah model pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami (berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain).
Penulis sebagai guru di SDN 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan menerapkan model pembelajaran TPS di kelas empat pada materi PPKn KD 3.3 tentang manfaat keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari hari.
Model pembelajaran ini tergolong tipe kooperatif dengan sintaks yaitu guru menyajikan gambaran materi awal pembelajaran, menjelaskan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran serta model pembelajaran yang akan digunakan. Guru memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (Think-Pairs). Kemudian dilakukan presentasi kelompok (Share), disusul dengan kuis bersifat individual untuk mengukur pemahaman siswa. Guru membuat skor perkembangan tiap siswa pada setiap tahapan.
Menjelang akhir pembelajaran, guru mengumumkan hasil kuis dan memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada yang terbaik. Penulis merasakan minat dan motivasi siswa yang meningkat drastis pada penggunaan model ini. (pg2/zal)
Guru SDN 02 Luragung, Kabupaten Pekalongan