RADARSEMARANG.COM, Covid-19 sejenak memberikan dampak terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI dan BP) serta mata pelajaran lainnya di seluruh pelosok negeri. Keterkejutan para pembelajar terkait dengan model pembelajaran di masa pandemi ini harus dikubur dalam-dalam sebagai bagian dari perubahan dan pengalaman sejarah. Transformasi pembelajaran harus segera dimulai dan berlari menyesuaikan kondisi yang melanda lingkungan pendidikan di Indonesia khususnya, dan global pada umumnya. Guru menyesuaikan dengan perubahan itu serta dipaksa untuk dapat beradaptasi dengan situasi terbaru, yaitu membiasakan pembelajaran dalam jaringan atau daring.
Tujuan pembelajaran dilaksanakan secara daring adalah memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 sesuai dengan instruksi tim gugus tugas yang menangani permasalahan tersebut. Protokol kesehatan pun mulai dijalankan di seluruh masyarakat, termasuk instansi pendidikan dan sekolah dengan sosial distancing (menjaga jarak), selalu cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan selalu menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang tidak sakit. Pembelajaran jarak jauh dengan model daring sudah sekiranya cukup tepat. Disamping hiruk pikuk munculnya protokol kesehatan, penggunaan aplikasi sebagai media pembelajaran ikut menjadi permasalahan turunan dari pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan atau daring.
Munadi (2008:7) mendefinisikan bahwa media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana, sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Kemudian Azhar (2011: 24) turut mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu pada proses belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan anak didik yang dapat merangsang anak didik untuk belajar.
Beberapa aplikasi menawarkan dengan kemudahan untuk melakukan video conference dengan konsekuensi akan berdampak terhadap penggunaan kuota internet yang sangat besar. Kemudian terdapat pula aplikasi yang mendekatkan khusus untuk pembelajaran, namun dengan sistem berbayar. Pada aplikasi lain menampilkan web untuk pembelajaran, akan tetapi minim terjadinya interaksi dengan anak didik.
WhatsApp Group (WAG) sebagai sebagai aplikasi media sosial yang telah lama berjalan, ternyata juga menyediakan aplikasi yang memudahkan untuk pembelajaran. Kelebihan penggunaan aplikasi WAG adalah murah, mudah dioperasikan, terjadi interaksi aktif antara guru dan anak didik, dan mudah mengontrol kegiatan pembelajaran anak didik melalui jaringan.
Penulis sebagai guru PAI dan BP SD Negeri 02 Wonosari, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan memanfaatkan media WAG untuk melaksanakan proses pembelajaran tentang memahami makna perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru. Proses pembelajaran dilaksanakan mulai dengan meminta nomor gawai masing-masing anak didik. Kemudian guru membuat WA Group, dan disusul dengan mengundang semua nomor anak ke dalam WAG. Setelah semua nomor terkumpul, guru mulai menyampaikan proses pembelajaran dengan menyampaikan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar. Materi disampaikan dengan tulisan, suara, video, maupun link Youtube yang terkait pembelajaran. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi dengan dihubungkan ke google form.
Penggunaan aplikasi WAG dalam pembelajaran PAI dan BP di SD Negeri 02 Wonosari, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan dapat berjalan dengan baik, dan antusiasme anak didik sangat tinggi serta hasil belajar meningkat. (gb1/aro)
Guru SD Negeri 02 Wonosari, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan