RADARSEMARANG.COM, PENGGUNAAN model pembelajaran yang modern sangat penting mengiringi perkembangan zaman. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan minat dan motivasi serta hasil belajar siswa. Seorang guru dalam memilih suatu model pembelajaran yang kurang tepat akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran yang akhirnya mengurangi keoptimalan hasil belajar siswa. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran itu perlu diterapkan pembelajaran yang aktif, dinamis, dan bersifat kerjasama atau kooperatif.
Suprijono (2010:54) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru. Dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Pembelajaran kooperatif digunakan untuk mengaktifkan siswa, baik dalam bekerja bersama dan menemukan konsep hingga mencapai pemahaman yang diinginkan agar hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang tepat adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).
Lie (2007:60) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) atau dalam bahasa Indonesia dua tinggal dua tamu adalah suatu jenis model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok yang lainnya.
Senada dengan penjelasan tersebut, Ika Berdiati (2010: 92) menjabarkan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua bertamu merupakan bagian dari pembelajaran koopertif yang memberi pengalaman kepada siswa untuk berbagi pengetahuan baik di dalam kelompok maupun dalam kelompok lainnya. Dalam diskusi berkelompok siswa dituntut berperan sacara aktif untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Setelah itu, hasil dari diskusi kelompok akan dicocokkan dengan jawaban dengan kelompok lain yang diperoleh dari dua teman mereka yang bertamu ke kelompok lain.
Sebagai guru kelas dua SDN 01 Bubak, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, penulis memanfaatkan model pembelajaran TSTS untuk menjelaskan materi mengenai jenis-jenis keberagaman karakteristik individu di sekolah.
Pembelajaran dengan model ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya. Setelah diskusi antarkelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompok asal. Baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.
Sebelum pembelajaran diakhiri, guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan baik. Kemudian guru memberikan penguatan terhadap materi yang telah didiskusikan serta memberikan evaluasi akhir. Penulis sebagai guru merasa sangat senang. Karena terjadi peningkatan yang signifikan terhadap minat, motivasi, dan hasil belajar siswa. (pg2/ida)
Guru SDN 01 Bubak, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan