RADARSEMARANG.COM, KETIKA sistem belajar daring atau online mulai diterapkan pada saat pandemi ini, beberapa permasalahan pun bermunculan. Hal tersebut tidak lain dipicu oleh ketidak-familiaran kedua pihak, baik pengajar maupun peserta didik akan sistem belajar tersebut. Namun yang paling menjadi sorotan dalam hal ini adalah ketidaksiapan pengajar, fasilitas yang kurang mendukung dan kesenjangan digital yang jika tidak ditangani dengan baik akan memicu kegagalan proses belajar mengajar secara online.
Berbicara kepemimpinan organisasi sekolah, kepala sekolah merupakan seseorang yang berada di garda terdepan dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kepala sekolah merupakan ujung tombak dalam keberhasilan maju atau tidaknya suatu satuan pendidikan yang ia pimpin. Kepala sekolah memikul tanggung jawab terhadap kenyamanan dan ketertiban lingkungan sekolah serta warga sekolahnya. Rasa aman dan nyaman ini harus dirasakan oleh guru, siswa dan orangtua. Termasuk dalam hal keamanan dan kenyamanan di masa tanggap darurat Covid-19.
Selama pembelajaran pandemi permasalahan yang dihadapi peserta didik SMPN 02 Paninggaran diantaranya adalah beberapa siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran, absensi tidak bisa tepat waktu bahkan ada yang tidak absen dikarenakan masalah kuota dan sinyal.
Menjadi hal yang lumrah apabila pelaksanaan kegiatan pembelajaran daring tidak berlangsung sukses 100 %, melihat tidak semua siswa mampu mengikuti, mengingat faktor ekonomi orang tua atau wali murid, namun akan menjadi sukses 100 % apabila pelaksanaan daring tersebut menggunakan beberapa metode. Menghadapi new normal penulis pernah melaksanakan beberapa langkah yaitu memutuskan pembelajaran sementara membangun manajemen sekolah yang salah satunya tetap memasukkan unsur pembelajaran tetap berjalan dan aktif di tengah pandemi Covid-19, tetap mengikuti aturan pemerintah yaitu: Pertama, Penurunan dan penjemputan siswa.
Hal ini berlaku bagi siswa yang diantar-jemput oleh orangtua. Sekolah mengatur titik penurunan dan penjemputan sehingga tidak terjadi penumpukan siswa. Kedua, Sarana dan fasilitas cuci tangan. Untuk mencuci tangan sampai bersih diperlukan sarana dan fasilitas hand sanitizer, seperti air yang mengalir, sabun cuci tangan dan kain atau tisu pengering. Ketiga, Menyediakan alat ukur suhu tubuh. Sekolah menyediakan alat ukur suhu tubuh jenis termometer gun yang sesuai kebutuhan. Keempat, Menyediakan cadangan masker. Hal ini berguna untuk mengantisipasi warga sekolah yang lupa membawa masker atau maskernya mengalami kerusakan saat verada di sekolah. Kelima, Tempat duduk siswa. Dalam satu ruang kelas diisi minimal kapasitas normal sehingga antar tempat duduk berjarak 1 sd. 1.5 meter.
Keenam, Menjaga kebersihan fasilitas dan sarana. Kebersihan fasilitas yang ada di ruang kelas maupun laboratorium sekolah perlu dijaga Dengan disiffektan. Ketujuh, Tidak membuka warung atau kantin. Siswa dan guru dianjurkan membawa bekal makanan dan minuman sendiri dari rumah. Sebab kantin atau warung sekolah disekitar sekolah dilarang buka. Kedelapan, Meniadakan tempat bermain atau berkumpul siswa. Semua tempat itu ditutup atau ditiadakan agar siswa tidak berkumpul. Pembelajaran selesai siswa dianjurkan untuk langsung pulang ke rumah. Kesembilan, Mengatur jadwal pelajaran masa pandemi termasuk jadwal siswa giliran masuk sekolah.
Harapan penulis menerapkan pembelajaran secara luring atau tatap muka pada percobaan new normal mempunyai beberapa kelebihan. Siswa lebih fokus mengerjakan tugas karena di dampingi guru dan mengerjakanya tanpa gangguan alat komunikasi lainnya. Dibandingkan dengan pembelajaran jarak jauh yang seringkali siswa diberikan tugas lewat hand phone dalam aplikasi media kebanyakan tidak fokus mengerjakan. (ti2/zal)
Kepala SMPN 2 Paninggaran, Kabupaten Pekalongan