RADARSEMARANG.COM, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Dalam standar isi disebutkan bahwa bahasa Indonesia meliputi empat standar kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. \
Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai oleh peserta didik dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dari keempat kompetensi itu saling berkesinambungan satu dengan yang lain dalam proses pembelajarannya.
Implementasi Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses menggunakan tiga model pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk perilaku seintifik, sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah model pembelajaran penyingkapan/penemuan (discovery learning/inqury learning), model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning).
Menurut Al Wasilah (2005:111) pengertian eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Dalam pembelajaran teks eksposisi ini diperlukan sebuah model yang tepat agar peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Model discovery learning salah satu model yang tepat untuk pembelajaran teks eksposisi. Teks eksposisi memuat penilaian, dorongan atau ajakan tertentu kepada khalayak. Bentuk teks eksposisi terutama dalam media masa dapat berupa esai, artikel, tajuk rencana, atau tanggapan kritis.
Salah satu kompetensi yang masih sangat rendah dikuasai peserta didik SMPN 2 Sawangan adalah kompetensi membaca. Pada materi teks eksposisi ini banyak peserta didik kelas VIII SMPN 2 Sawangan kurang bisa memahami teks, hal ini terjadi karena minat baca peserta didik rendah. Untuk itu guru sebagai fasilitator atau pembimbing berusaha memberikan contoh membiasakan diri membaca artikel, esai, tajuk rencana yang diambil dari media untuk memberikan rangsangan kepada peserta didik suka membaca.
Model pembelajaran discovery learning tepat diterapkan dalam pembelajaran teks eksposisi karena peserta didik dapat memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif yang akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Peserta didik menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya.
Penerapan pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran teks eksposisi mampu memotivasi dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis. Hal ini dapat kita lihat dari tingkat pertisipasi peserta didik dalam bertanya dan menanggapi topik yang dibahas.
Selain itu juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah discovey learning yang diterapkan dalam teks tulis dan video berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong peserta didik merumuskan pemecahan masalah. Peserta didik mampu melakukan transfer knowledge dalam pembelajaran teks eksposisi dan dapat mengungkapkan sejumlah informasi, pendapat yang disertai fakta dan juga penilaian, dorongan atau ajakan, yang dapat meyakinkan khalayak.
Teks eksposisi yang disampaikan secara lugas dan menggunakan bahasa baku, bersifat okjektif, dan netral disertai data-data akurat sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan secara rinci dari suatu kejadian atau hal yang penting.
Menurut Hosnan (2014:282), discovery learning merupakan suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
Dengan demikian, penerapan metode pembelajaran discovey learning dalam pembelajaran teks eksposisi ini mampu memotivasi peserta didik untuk meningkatkan pemahaman, mengembangkan, dan menyajikan hasil karyanya. (*/lis)
Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Sawangan, Kabupaten Magelang