31 C
Semarang
Minggu, 10 Desember 2023

Tingkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Model Bangun Ruang

Oleh : Nanik Rositawati, S.Pd SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Salah satu mata pelajaran yang sangat penting di sekolah dasar adalah matematika. Mengingat matematika merupakan ilmu dasar yang berkembang sangat pesat baik materi maupun kegunaannya dan penting dikuasai siswa sebagai upaya untuk mendalami ilmu lainnya. Terutama yang berkaitan dengan iptek.
Mustafa (Tri Wijayanti, 2011) menyebutkan matematika adalah ilmu tentang kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran. Yang utama adalah metode dan proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat dan hubungan antara jumlah dan ukuran, baik secara abstrak, matematika murni atau dalam keterkaitan manfaat pada matematika terapan.

James dan James (Erman Suherman, 2001) mengatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang,yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Lyon (1996) menyampaikan konsep learning disability (kesulitan belajar) fokus pada kesenjangan antara prestasi akademik dan kapasitas kemampuan belajar anak. Contohnya pada anak dengan kesulitan membaca juga akan mengalami gangguan pemusatan perhatian pada tingkat tertentu. Individu dengan learning disability memiliki intelegensi umum rata-rata dan bahkan di atas rata-rata. Beberapa peneliti menyatakan learning disability merupakan kesenjangan antara usia kematangan mental (kecerdasan berdasarkan usia mental, bukan usia berdasar tanggal kelahiran) yang seharusnya dan usia prestasi atau kemampuan pencapaian prestasi saat ini (yang senyatanya).

Samuel Krik (dalam Hallahan, Kaufman & Pullen, 2012) menyatakan learning disability memiliki banyak jenis yang digunakan untuk mendeskripsikan siswa dengan inteligensi normal, namun memiliki masalah dalam belajar. Seperti minimally brain injured, slow leaner, dyslexic, atau perceptually disabled.
Permasalahan yang disebutkan para ahli di atas juga terjadi pada pembelajaran matematika. Peserta didik pada umumnya sudah merasa takut jika mendengar kata “matematika”. Sudah banyak pengajar atau guru yang menganalisis permasalahan pada proses belajar matematika.

Menurut teori perkembangan kognitif, anak-anak pada usia SD masih berada pada tingkat berpikir yang sederhana, terbatas pada hal-hal yang konkret. Sementara itu objek kajian dari matematika adalah bersifat abstrak.
Dalam pembelajaran matematika, seringkali siswa mengalami kesulitan untuk menyerap materi yang diberikan oleh guru. Siswa bosan belajar matematika karena terlalu banyak rumus. Siswa selalu diberikan soal-soal rutin yang sulit untuk dikerjakan, siswa tidak mampu memahami materi.

Adapun beberapa faktor yang menjadi dugaan kesulitan belajar yaitu faktor fisiologis dan sosial. Penguasaan mata pelajaran matematika kelas 5 di SDN Giyanti Temanggung keberhasilannya termasuk kualitas sedang. Maka, guru dapat berinovasi dengan menerapkan metode yang tepat yakni metode latihan dan penggunaan peraga model bangun ruang dari karton manila. Ada beberapa manfaat bagi siswa ketika guru menerapkan metode ini. Yakni menumbuhkembangkan kegembiraan siswa terhadap matematika, meningkatkan pemahaman untuk belajar matematika, membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan penyelesaian materi luas, keliling dan volume sebuah bangun ruang.

Setelah guru menerapkan metode latihan dan dengan menggunakan alat peraga model bangun ruang, ada peningkatan. Nilai rata-rata tes forrmatif sebelum perbaikan rata-rata 84 persen dengan ketuntasan 70 persen menjadi 88,3 dengan ketuntasan 83 persen.

Menurut pendapat Wright (Sosiati, dkk 2005:5 – 20) tugas guru sebagai pengelola pembelajar dan pengelola kelas. Yang harus dilakukan guru untuk memotivasi siswa adalah hasil yang baik umumnya diperoleh siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang. (dm2.2/lis)

Guru SDN Giyanti, Kabupaten Temanggung


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya