27 C
Semarang
Minggu, 10 Desember 2023

Membentuk Anak Cerdas dan Berkepribadian Mulia dengan Pola Asuh yang Tepat

Oleh: Tri Widiyati, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Anak adalah cerminan dari orangtua. Karena anak mencontoh setiap kebiasaan yang dilakukan ayah dan ibunya, dan akhirnya juga menjadi kebiasaan dirinya. Maka, setiap orangtua wajib memperlihatkan teladan yang baik dan melakukan pola pendidikan anak yang benar agar perkembangan fisik dan mentalnya menjadi lebih baik atau dalam pandangan spiritual beraklak mulia.

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1088), “pola adalah model, sistem, atau cara kerja”, asuh adalah “menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:96).

Menurut Gunarsa (2000:44) pola asuh merupakan metode atau cara yang dipilih pendidik dalam mendidik anak-anaknya yang meliputi bagaimana pendidik memperlakukan anak didiknya.
Sedangkan menurut Casmini (dalam Palupi, 2007:3) menyebutkan, pola asuh memiliki definisi bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya. Kohn (dalam Thoha, 1996:110) mengemukakan pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak. Cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak.

Dengan demikian pola asuh orang tua adalah bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat memasuki usia 5 tahun ke atas, anak akan menjadi lebih aktif dan juga kritis terkait semua hal yang ingin diketahuinya. Maka, orangtua harus menentukan pola pendidikan yang tepat saat anak berusia 5 hingga 10 tahun.
Pendidikan Anak Usia 5-10 Tahun.

Setiap orangtua berusaha untuk membangun hubungan yang kuat dengan anak, agar dapat memberikan keseimbangan pengaruh dari teman-temannya. Orang tua berharap anak akan memiliki fisik sehat mempunyai nalar yang bagus serta perilaku mulia. Untuk mewujudkan itu perlu langkah -langkah yang diambil, di antaranya pertama menanamkan nilai kejujuran. Saat memasuki usia sekolah, anak mungkin berkata bohong karena perasaan takut. Hal ini dilakukan untuk menghindari rasa marah orangtuanya. Maka, orang tua harus benar-benar membuat anak merasa nyaman untuk menceritakan segala hal agar ia tidak terbiasa untuk berbohong. Kesampingkan rasa emosi agar anak mulai belajar untuk jujur. Jika perlu untuk melatih kejujuran kita apresiasikan dengan hadiah.

Kedua memberikan waktu bermain dan belajar yang cukup. Salah satu pola asuh anak yang dapat ibu terapkan saat anak sudah mulai bersekolah adalah keseimbangan dari bermain dan belajar agar dapat membangun keterampilan sosial, emosional, dan cara berpikir. Anak mungkin lebih mengembangkan sifat sosialnya dan lebih suka bermain dengan temannya. Terkadang, ibu juga mendapati anak tidak mau kalah dari teman-temannya. Maka, peran orang tua sangat penting untuk membuatnya mempunyai sifat lapang dada meski kalah dari permainan.

Ketiga membiasakan konsumsi makanan sehat. Biasakan anak mengonsumsi camilan yang sehat layaknya buah-buahan. Setiap makan, orang tua juga harus memastikan terdapat satu jenis sayuran yang dikonsumsi meskipun ia tidak menyukainya. Cobalah untuk mengajarkan anak pentingnya asupan makanan sehat untuk tubuh.

Keempat pembatasan penggunaan elektronik. Pembatasan penggunaan alat elektronik penting dilakukan agar anak tidak kecanduan. Pembatasan waktu penggunaannya untuk bersenang-senang harus dilakukan, supaya anak mempunyai karakter yang lebih baik.

Itulah beberapa pola asuh atau pendidikan anak yang dapat diterapkan oleh ibu saat si kecil berusia 5 hingga 10 tahun. Dengan menerapkan semua hal tersebut, diharapkan anak menjadi karakter yang lebih baik di masa depan. Pembentukan karakter yang lebih dini akan membuatnya terbiasa melakukannya hingga dewasa. (dm2.2/lis)

Guru SD Negeri Giyanti, Kabupaten Temanggung


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya