RADARSEMARANG.COM, Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tuntutan kurikulum yang sangat kompleks menimbulkan bebarap kendala, di antaranya kesiapan guru dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar belum maksimal, terutama terkait perangkat pembelajaran. Permasalahan lain yang dihadapi guru adalah media pembelajaran yang tidak semuanya tersedia di lingkungan sekolah, terutama untuk siswa SD Negeri Sabarwangi kelas V pada materi Rasul Ulul Azmi, yang harus mengetahui secara jelas dan nyata konsep maupun benda terkait tema-tema yang dibahas. Sehingga siswa mengalami penurunan hasil belajar, dikarenakan kurang memahami materi.
Penulis pun menerapkan metode role playing atau bermain peran, yang bertujuan supaya menarik minat peserta didik. Role playing adalah model pembelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk variasi dalam aktivitas belajar mengajar yang bertujuan agar siswa bisa meningkatkan daya kreativitas dan imajinasinya.
Santoso mengutarakan bahwa role playing adalah metode yang memanfaatkan daya gerakan atau kinestetik, karena pada pelaksanaannya siswa dituntut untuk bisa melakukan gerakan peranan yang mengandalkan tubuh. Kegunaan dari metode ini adalah untuk meningkatkan daya interpersonal (keahlian interaksi) pada satu individu ke individu. Model bermain peran merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk memainkan karakter seseorang dalam bentuk drama. Selain itu, siswa juga diharuskan untuk bisa mendalami karakter tersebut mulai dari bahasa tubuh, pikiran, dan ekspresi. Yaitu dengan cara mempelajarinya.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: pertama, guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. Kedua, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Ketiga, guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang. Keempat, memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. Keenam, masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan. Ketujuh, setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok. Kedelapan, masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. Kesembilan, guru memberikan kesimpulan secara umum. Kesepuluh, evaluasi.
Model ini bisa menjadi variasi yang bagus karena pada implementasinya pembelajaran ini menuntut siswa untuk berekspresi, baik dari segi pikiran maupun perasaan. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa, serta menumbuhkan rasa kebersamaan. Terbukti siswa kelas V SD Negeri Sabarwangi hasil belajar meningkat di atas KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. (ce2/aro)
Guru PAIBP SD Negeri Sabarwangi, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan