RADARSEMARANG.COM, Di masa sekarang ini, muncul fenomena menurunnya motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran IPS. Dikarenakan adanya asumsi tidak diikutkannya dalam Ujian Nasional dan dianggap tidak penting sehingga siswa tidak mendalami dan mempelajarinya dengan sungguh – sungguh. Akibatnya penyerapan materi pelajaran tidak maksimal. Banyak siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan minimal.
Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya adalah kemampuan mengembangkan metode pembelajaran. Guru harus dapat menyesuaikan antara metode pembelajaran yang dipilihnya dengan kondisi siswa, materi pelajaran yang akan diajarkan dan sarana pembelajaran yang ada.
Akibat rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar menjadi kurang optimal, menyebabkan materi yang disajikan menjadi tidak tuntas atau di bawah KKM yang ditentukan sekolah. Hal ini menjadi tantangan guru untuk untuk menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan menggunakan Cardsort.
Siberman (2012:70) mengatakan bahwa teknik pembelajaran Cardsort merupakan teknik pembelajaran kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta tentang obyek, atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendominasi kelas – kelas yang jenuh dan bosan. Penggunaan model pembelajaran Cardsort dipilih karena lebih tepat dibandingkan model-model pembelajaran lainnya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS.
Dengan metode Cardsort ini akan membantu siswa dalam memahami pelajaran dan menumbuhkan motivasi mereka dalam belajar. Adapun langkah – langkah model pembelajaran ini dilakukan dengan cara guru membagikan kertas atau kartu yang berisi kata – kata atau kalimat yang tercakup dalam satu atau lebih kategori pada setiap siswa. Siswa mencari pasangan yang tepat dari kartu yang diterimanya dan dicocokkan dengan kartu – kartu dari siswa lainnya sesuai dengan katagori masing – masing. Dengan mencocokkan pasangan kartu terbentuklah beberapa kelompok menurut kesesuaian kata – kata dalam kartu – kartu itu sekaligus menunjukkan kategorinya. Siswa mendiskusikan hasil penyusunan kategori dari kelompoknya masing – masing. Kesimpulan dipandu oleh guru yang bersangkutan.
Dengan langkah-langkah tersebut mendorong siswa untuk mau aktif secara maksimal. Model ini mengubah kegiatan pembelajaran dari teacher oriented (berpusat pada guru) menjadi student oriented (berpusat pada siswa). Sehingga tidak ada ruang lagi bagi siswa yang pasif dan dan bermalas-malasan. Model ini menuntut siswa memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan berketerampilan memecahkan masalah dalam proses kelompok. Model Cardsort ini sangat sesuai sekali dengan tema yang dibahas dalam materi Interaksi Antarnegara Asia dan Negara Lainnya.
Dengan menerapkan Cardsort pada proses kegiatan belajar mengajar diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya. Dengan demikian diharapkan segala kesulitan terpecahkan yang akhirnya tujuan pendidikan dapat tercapai. (bw1/ton)
Guru IPS SMPN 1 Susukan Kab. Semarang