30 C
Semarang
Kamis, 30 November 2023

Merehabilitasi Perilaku Menyimpang melalui Pendekatan Ekletik

Oleh : Hery Susilo S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Sejatinya, kenakalan di kalangan siswa, merupakan masalah sosial yang memerlukan perhatian. Siswa yang sering terlibat ke dalam berbagai bentuk perilaku menyimpang, misalnya malas belajar, membolos, mem-bully teman, menyontek, membikin keributan di dalam kelas, penghinaan verbal, pembangkangan, dan permusuhan serta kenakalan lain yang sering sekali ditemui di lingkungan sekolah. Perilaku ini terdiri atas berbagai tingkatan dari jarang, sering, ringan, sampai berat. Bahkan sudah ada yang merambah pada segi-segi kriminalitas.

Perilaku menyimpang timbul karena faktor pertumbuhan fisik dan emosi diri siswa yang menyebabkan terjadinya konflik dan benturan antarsiswa maupun di lingkungan keluarga. Dapat timbul karena sikap orang-orang di sekelilingnya yang dianggapnya tidak memahami dirinya sehingga tidak memberikan rasa nyaman dan timbul rasa tidak puas karena kesulitan beradaptasi dengan dirinya maupun keluarga dan lingkungannya.

Secara psikologis, penyimpangan merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma masa lalu, perlakuan kasar, dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya. Seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, adanya iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan pornografi, kekerasan di televisi, minum-minuman keras, perjudian, obat-obatan terlarang atau narkoba, ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga dan lainnya. Ini sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidupnya.

Oleh karenanya diperlukan profesionalisme guru BK dalam penanganannya. Sikap dan perilaku guru BK dalam mengelola siswa-siswanya menunjukkan tingkat keprofesionalan guru BK. Penanganan siswa tersebut dapat menjadi faktor penting bagi siswa untuk lebih giat belajar. Sebaliknya, apabila guru BK bertindak terpaksa dengan melaksanakan strategi dengan pemberian hukuman dapat mempengaruhi perilaku belajar siswa.
Menurut Panut Panuju dan Ida Umami (1999), pola penanganan perilaku menyimpang melalui 3 tahap, yaitu 1) tindakan preventif yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan, 2) tindakan represif yakni tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat, dan 3) tindakan kuratif dan rehabilitasi yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut.

Dalam tahap tindakan kuratif, penulis di SMP Negeri 4 Sragi mencoba menerapkan pendekatan konseling ekletik. Konseling eklektik dapat disebut dengan pendekatan konseling integratif, yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari berbagai konsepsi serta pendekatan. Tujuan konseling eklektik adalah untuk membantu klien/siswa dalam mengembangkan integrasinya pada level tertinggi yang ditandai oleh adanya aktualisasi diri dan integritas yang memuaskan. Sedangkan layanan konseling eklektik bertujuan menggantikan tingkah laku yang terlalu kompulsif dan emosional dengan tingkah laku yang bercorak lebih rasional dan konstruktif. Pendekatan eklektik dapat digunakan untuk membantu siswa yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dengan berbagai tuntutan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.

Tahapan dalam konseling eklektik yang dirancang secara sistematis oleh Carkhuff dalam Lubis, Namora Lumongga (2011) ada 6 tahap, yakni, 1) tahap eksplorasi masalah, 2) tahap perumusan masalah, 3) tahap identifikasi alternatif, 4) tahap perencanaan, 5) tahap tindakan/komitmen, dan 6) tahap penilaian/umpan balik. Akhir dari tahapan konseling ini adalah penilaian penulis terhadap tindakan siswa selama proses penyelesaian masalah dengan objektif, yakni dengan melihat dari sudut pandang siswa. Jika belum tercapai, maka penulis akan mengevaluasi kegagalan itu sekaligus mengamati dan mengevaluasi kemajuan dari tindakan siswa apakah menjadi lebih baik atau stagnan, bahkan mengalami penurunan.

Dari hasil penerapan konseling ekletik ini, Alhamdulillah banyak mendapatkan hasil. Banyak siswa yang berkurang kenakalannya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bahkan merasa nyaman. (bp2/ida)

Guru BP-BK SMPN 4 Sragi, Kabupaten Pekalongan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya