30 C
Semarang
Kamis, 28 September 2023

Pembelajaran Daring Menjadi Angin Segar untuk Muatan Lokal Bahasa Daerah

Oleh : Elin Herlina, S.S.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Bahasa daerah merupakan salah satu komponen dari kebudayaan nasional yang menjadi jati diri bangsa. Bahasa daerah kini kian jarang dituturkan oleh pemiliknya. Bahkan semakin asing untuk dikenali dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan anak muda.

Berdasarkan data terakhir yang dikutip dari riset Badan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, tercatat ada 718 bahasa daerah di Indonesia. Jumlah ini tentu bukan angka stabil, karena dalam pencatatan jumlah bahasa daerah akan berubah-ubah.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mendorong pemberlakuan muatan lokal bahasa daerah dalam kurikulum satuan pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah atas. Namun dari semua upaya pemerintah dalam hal pelestarian bahasa daerah tetap saja yang paling utama adalah pengenalan serta penggunaan bahasa daerah di rumah. Melestarikan bahasa daerah tidak akan ada artinya jika hanya sekedar harapan. Perlu tindakan untuk menguatkan tekad agar bahasa daerah tetap unggul di tengah-tengah arus globalisasi.

Proses pembelajaran muatan lokal bahasa daerah selama ini dirasa kurang optimal oleh para pendidik bahasa daerah. Hal ini diakibatkan beberapa faktor misal kurangnya bahan ajar seperti buku penunjang dalam proses pembelajaran, kurangnya tenaga pendidik yang profesional di bidangnya, sehingga proses pembelajaran cenderung monoton dan mengakibatkan output yang diperoleh peserta didik sangat kurang malah cenderung terkesan yang penting ada. Bila demikian, upaya pelestarian yang dimaksudkan oleh pemerintah pusat dirasa akan sia-sia.

Kabar penyebaran virus korona di Wuhan China sejak awal 2020 ini menjadi titik awal perubahan tatanan kehidupan di berbagai bidang khususnya pendidikan, termasuk di Indonesia. Keputusan pemerintah mulai memberlakukan pembelajaran jarak jauh di awal Maret memunculkan banyak kekhawatiran bagi para pendidik dalam menjalankan tugasnya.

Pada awal pembelajaran jarak jauh ini dirasa berat oleh pendidik. Hal ini dikarenakan belum terbiasanya sebagian pendidik dengan dunia teknologi dan komunikasi secara mendalam. Hal itu juga terjadi di SMP Negeri 26 Depok. Namun dengan berjalannya waktu, situasi ini menjadi satu pembiasaan positif sekaligus tantangan bagi para pendidik untuk lebih kreatif dalam menyampaikan pembelajaran secara daring. Pandemi Covid-19 ini mengakibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi benar-benar tak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan, khususnya bagi pendidik dan peserta didik yang tidak dapat bertatap muka secara langsung di kelas.

Sekarang sudah zamannya teknologi, saatnya para pendidik mulai membuka mata dengan teknologi dan informasi. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mempromosikan bahasa daerah. Dengan memanfaatkan teknologi tersebut kita dapat membuat video-video kreatif untuk mengajarkan tutorial bahasa daerah dan membagikannya di media sosial. Upaya ini tentunya akan lebih efektif dan efisien. Jadi, melestarikan bahasa daerah bukan lagi menjadi hal yang sulit. Bahkan, bisa lebih mudah dengan adanya perkembangan teknologi yang ada seperti saat ini.

Dengan demikian situasi ini telah menjadi angin segar bagi pendidik dalam mengembangkan ide-ide kreatifnya melalui jejaring sosial khususnya bagi pendidik bahasa daerah. Terbukti dengan bermunculannya video-video pembelajaran yang bisa diakses dimanapun dan oleh siapapun. Penulis optimistis media-media seperti Youtube misalnya dapat merekam jejak bahwa budaya Indonesia akan tetap ada dan akan terus berkembang tidak usang dimakan zaman. (bp1/ton)

Guru SMP Negeri 26 Depok


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya