RADARSEMARANG.COM, Pembentukan sikap bernilai baik pada peserta didik bukanlah hal instan. Pembentukan pribadi yang memiliki sikap spiritual dan sikap sosial yang positif perlu adanya proses yang panjang. Proses ini harus dirancang, dikondisikan, dibentuk serta dilakukan secara berkelanjutan dan serius. Perubahan sikap dapat dilakukan secara bersama-sama dari lingkungan paling kecil yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat yang saling mendukung dan berkaitan.
Pembelajaran nilai-nilai pendidikan karakter baik pada peserta didik masih jauh dari yang diharapkan. Sesuai tuntutan kurikulum saat ini, peserta didik tidak hanya dibekali pengetahuan dan keterampilan saja. Mereka harus memiliki kecerdasan sikap spiritual dan sosial yang positif sebagai modal mereka dalam bermasyarakat nantinya. Namun demikian masih banyak pendidik yang masih menonjolkan aspek kemampuan intelektual dan keterampilan belaka. Nilai-nilai sikap tuntutan kurikulum itu adalah sikap spiritual contohnya sikap berdoa, bersyukur, taat beribadah dan toleransi dalam beribadah. Sedangkan nilai-nilai sikap sosial adalah disiplin, jujur, peduli, percaya diri, santun dan tanggung jawab.
Sasaran penilaian hasil belajar pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial adalah menerima, menanggapi, menghargai, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai posistif itu sebagai karakter dirinya selama pembelajaran. Adapun cara yang digunakan untuk menilai sikap itu melalui empat cara yaitu observasi guru terhadap perilaku peserta didik, penilaian terhadap diri sendiri peserta didik, penilaian teman sebaya terhadap nilai perilaku temannya serta jurnal guru. Adapun instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, yang hasilnya dihitung berdasarkan modus. Namun demikian guru tidak harus menggunakan semua cara itu.
Di masa pandemi seperti saat ini, guru akan banyak mengalami kesulitan dalam menelusuri jejak karakter/sikap peserta didik karena tidak adanya pertemuan dalam pembelajaran. Demikian pula yang dialami di SMP N 1 Kangkung. Pembelajaran virtual menyebabkan guru tidak dapat mengobservasi, memberikan angket tentang perilaku sikap spiritual dan sosialnya. Namun demikian guru masih memiliki kewajiban untuk menilainnya. Alternatifnya adalah pemanfaatan formulir virtual atau google form untuk menyebarkan angket ini. Guru dapat merancang pertanyaan yang tertuang dalam formulir virtual dan di-share ke peserta didik. Dari data yang masuk, guru akan menerima banyak informasi yang diperlukan meskipun tidak ada tatap muka.
Formulir penilaian diri (self assessment) berguna untuk memberikan penguatan terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Pada aspek ini guru dapat menggali tentang sikap peserta didik tentang dirinya. Sedangkan sebagai penyeimbang, guru dapat menyebarkan angket penilaian antar teman, dimana peserta didik dapat menilai sikap teman-temannya. Akumulasi hasil nilai tersebut akan ditambahkan oleh hasil observasi dan nilai jurnal guru selama pembelajaran virtual.
Dari hal tersebut di atas yang terpenting dalam kegiatan penilaian sikap adalah guru dapat fokus pada beberapa jenis sikap yang disasar saja. Penilaian sikap dengan bantuan google form ini, diharapkan guru dapat menggali nilai sikap peserta didik dan dapat memberikan penilaian di masa PJJ seperti saat ini. (pai2/ton)
Guru Bahasa Inggris SMP N 1 Kangkung