RADARSEMARANG.COM, SAAT ini, banyak sekali institusi pendidikan yang bisa dipilih oleh orangtua untuk menyekolahkan buah hati. Selain sekolah konvensional, sekolah alam bisa menjadi alternatif pertimbangan karena konsep yang cukup unik, namun dengan manfaat yang tak kalah baik dibanding sekolah jenis lainnya. Sekolah alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. Secara fisik, bentuk sekolah ini bukanlah gedung atau bangunan, melainkan hanya saung atau rumah panggung yang dikelilingi alam.
Anak juga tidak akan diberi materi di dalam ruang kelas, melainkan di kebun buah, sayur, bunga, peternakan, dan lain-lain. Permasalahan yang terjadi di MI Walisongo Bugangan, Kecamatan Kedungwuni, kelas III pada KD menyajikan laporan tentang konsep, kebutuhan, pertumbuhan, dan perkembangbiakkan makhluk hidup mengalami penurunan kesemangatan dalam belajar dikarenakan guru masih memberikan materi pada peserta didik dengan media seadanya dan metode tradisional. Jadi tergugahlah penulis untuk merubah pembelajaran lama menjadi modern yaitu metode bermain mengenal alam sekitar.
Dengan termotivasi dan terinspirasi dari sekolah alam, penulis menerapkan pembelajaran yang menyenangkan. Melihat usia anak kelas III, dimana masa mereka ditekankan pada hal-hal yang menghibur supaya materi mudah dipahami. Usaha-usaha yang dilakukan penulis saat menerapkan pembelajaran melalui bermain sambil belajar di alam sekitar, antar lain, pertama, guru menyiapkan tema sesuai materi yang akan dilaksanakan. Kedua, guru tetap menggunakan kurikulum dengan metode tematik alias spider web. Metode ini mengintegrasikan suatu tema dengan semua mata pelajaran. Ketiga, siswa diajak melihat, menyentuh, dan merasakan langsung materi yang disampaikan oleh tenaga pengajar. Keempat, dalam kegiatan ini siswa dikenalkan dengan macam-macam tumbuhan, atau jenis makan di sekitar sekolah. Dengan mengenal alam lebih dekat, siswa diharapkan secara otomatis menghormati makhluk hidup lain yang ada di alam dimulai dari hal-hal kecil, dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, rajin merawat tumbuhan. Kelima, diskusi kelompok. Keenam, penilaian unjuk kerja perkelompok. Teknik penilaian dalam bentuk pelaksanaan suatu aktivitas yang dapat diamati atau penilaian hasil karya dengan melihat produk yang dihasilkan anak setelah melakukaan kegiatan. Ketujuh, evaluasi. Kedelapan, pemberian penghargaan bagi siswa yang hasil belajarnya bagus dan siswa atau kelompok yang aktif.
Tujuan didirikannya sekolah alam adalah mengenalkan anak kepada lingkungan sekitarnya lewat eksplorasi langsung. Mereka juga ditekankan untuk menghargai perbedaan dan memandang keberagaman sebagai sesuatu yang perlu dipelihara. Setelah penerapan metode bermain pada MI Bugangan meniru dari model pembelajaran sekolah alam, maka terbukti siswa semakin lebih percaya diri karena anak banyak memiliki lebih banyak waktu atau ruang untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Siswa akan lebih mengenal alam bagaimana cara merawatnya yang baik dan benar lingkungan hidup. (bp1/ida)
Guru MI Walisongo Bugangan, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan